44. Shoulder to cry

74 46 68
                                    

🐝🐝🐝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐝🐝🐝

"huh huh huh,"

Deru napas Rara memburu, keringat tak henti bercucuran dari pelipisnya. Ada perasaan ingin mengusapnya namun jarak memisahkan mereka.

Air mineral dan handuk ada dalam genggaman tangan Bahy, matanya terus tertuju pada Rara yang sedang berjuang di atas trek lari.

Satu putaran tersisa, suara sorakan yang bergema membuat Rara tersenyum. Hal itu pun tanpa sadar memunculkan bulan sabit di wajah Bahy.

Rara pun finish di urutan kedua dalam tes lari 1200M. Bahy hendak menghampiri namun teman-teman Rara yang heboh membuatnya berhenti melangkah.

Ia pun kembali duduk di bangku penonton, kakinya terus bergerak dan bibirnya kering. Apakah ia gugup melihat pujaan hatinya berjuang.

"Gue gak nyangka Rahila jago olahraga ternyata,"

"Sebenernya dia tipe gue, mau taruhan?"

Mendengar anak lelaki di sampingnya berbicara demikian membuat Bahy meremas dengan kuat apa yang di genggamnya.

"Gope yah, gue yakin dia bakal menang," sambung lelaki itu.

Bahy salah paham rupanya mereka bertaruh dalam tes ini, untung saja ia tidak melayangkan tinjunya. Bayangkan jika terjadi dia mengacaukan semuanya.

Namun sang pengacau yang asli datang mengusiknya, ya Alvan dan para pengikutnya menyapa Bahy. Mereka pun pergi dari sana diikuti Bahy.

Sementara itu, Rara semakin gugup karena tes berikutnya adalah apa yang dikhawatirkan Irfan. Namanya di panggil dan membuat jantung berdegup tak terkendali.

"Tinggal beberapa anak tangga yang tersisa untuk sampai atap, gue gak boleh lengah karena gue bisa jatuh dan harus mulai dari bawah. Gak gue pasti berhasil sampai atap, tunggu gue Ca" monolog Rara.

"Rahila hwaiting! Huhhhhh!!!"

Jangan lupakan teman-temannya yang selalu ada untuk mendukungnya. Rara pun memberikan tanda hati dan tersenyum ke arah mereka.

"Siap? Sedia! Frittttt"

Suara peluit memanggil bola melambung tinggi ke arahnya. Seketika itu pula petuah Irfan bermunculan dalam benaknya.

"Saat ngelakuin smash jangan ragu sedikitpun, lo harus melompat seakan bisa terbang dengan bebas. Lo harus optimis pukulan lo gak bakal bisa di blok lawan.."

"Diatas sana lo harus nemuin daerah yang sulit di jangkau lawan dalam waktu singkat. Saat lo ada di puncak lompatan, itu waktunya pukul bola sekuat mungkin," nasehat Irfan.

Saat bola berada di titik puncak, Rara pun melompat dengan percaya diri. Tubuhnya dapat menyamai tinggi net, ia pun memukul bola tersebut seraya menghembuskan napasnya.

Hi Rarala [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang