5. Stage one

222 152 296
                                    

🐝🐝🐝

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐝🐝🐝

"Idungnya kek gini?"

"Haha.. kemancungan!"

"Ah.. oke, kalo matanya?"

"Ko beda sebelah sih?"

"Sengaja, doraemon versi abis di tonjok."

"Lah, entar doinya nyadar gimana?"

"Hehe.. Nih mau coba gak?, aku siapin cat ma ampelas dulu" Bahy menyerahkan kerajinan setengah jadi itu kepada Rara. Dengan teliti Rara mengikis sedikit demi sedikit hingga menyerupai bentuk aslinya.

"Awas kena jari!"

"Ini juga ati-ati banget."

"Mana liat?" Tanpa sengaja tangan Bahy menyentuh punggung tangan mungil Rara. Tentu saja itu membuat Rara terkejut, namun laki-laki mata sendu itu tampak tak mempermasalahkan. Apa Bahy memang tak sadar telah menggenggam tangan Rara? Atau mungkinkah terlalu nyaman hingga enggan melepasnya.

"Emm.. oke" kini hembusan napasnya terasa tatkala ia meniup sisa-sisa pahatan itu.

"Kamu lanjutin deh!"

"Kenapa? Pahatan kamu bagus tau."

"Takut kena tangan."

"Tangan kamu maksudnya" monolog Rara.

Bahy pun mengambil alih, tangan berbakatnya tampak lihai memainkan pisau kecil nan tajam itu.

"Wah, cepet banget! Kenapa ga dari tadi?"

"SOALNYA TANGAN GUE GUGUP DILIATIN CEWEK CANTIK!" batin Bahy berteriak.

"Sebenernya ini juga kali pertama aku ke kantin atas."

"Kenapa?"

"PLIS JANGAN BILANG KARNA GUE HY! PEDE AMAT SIH LO RAHILA!" batin Rara.

Butuh waktu untuk laki-laki itu menjawab. Tangannya beristirahat, matanya yang selalu berpaling saat bertemu manik mata Rara, kini mulai berani. Mata sendu itu menatap dalam-tidak! sangat dalam.

"Karena kamu benci tempat itu.." memikirkannya sudah membuat Rara merinding, apalagi mendengarnya langsung dari mulut laki-laki ini.

"Kenapa kamu benci banget tempat itu?" Satu dari sekian ribu pertanyaan dibenak Bahy akhirnya keluar bagai bom atom.

Rara tak mengira akan mendapat pertanyaan seperti ini. Jika Puput atau yang lain bertanya, tanpa ragu ia akan menjawab dengan sejuta alasan. Tapi kali ini, laki-laki mata sendu itu membuat lidahnya kelu. Sorot matanya berbicara bahwa ia butuh jawaban bukan alasan.

"Maaf Hy, aku belum bisa jawab pertanyaan ini" ucapnya serius. Nampaknya badai es datang menimpa mereka, kecanggungan rupanya sudah kembali dari kampung halaman.

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now