DFTL [136] / Berlatih Beladiri Spirit

20 2 1
                                    

*****

"Kalian tau gak apa yang lebih nyenengin daripada rasa waktu megang pistol?" setelah sekian lama kesunyian mengambil alih sang waktu, gadis dengan rambut yang dicepol asal itupun berceletuk sambil terkekeh-kekeh dengan amat sangat tidak jelasnya.

"Pertanyaanmu random amat sih, Rin?" mendengar pertanyaan tak masuk akal seperti demikian tentunya membuat bukan hanya seorang namun kedua orang di sana yang merasa terheran sembari menatap aneh ke arahnya, dan itu dengan penuh suka cita telah diwakilkan oleh seorang remaja bernama panggilan Kevin ini.

"Sebegitu sengkleknya nih bocah sehabis diajar abis-abisan di agensi ya?" dengan sama tak habis pikirnya Vino pun ikut berkomentar dengan gelengan singkat.

"Iih, bukan gitu.. Aku kan nanya serius." Ririn mendengus kala mendapati respon mereka yang sangat tidak memuaskan.

"Ya lagian kenapa nanya gitu dah? Gak jelas banget apaan coba?" tukas Kevin kembali yang dengan tak acuh mencomot kue kering di atas meja.

"Yaa seenggaknya kasih respon yang bagusan sedikit kenapa? Semisal nanya 'apaan tuh?' gitu kek apa kek. Ngeselin banget sih?!" gerutu Ririn dan dengan keras telah menggeplak lengan Vino yang tengah menghirup teh.

Bruushh..!

"Ahh, b*ngke nih bocah! Kalo nabok kira-kira dong, panas nih g*blok!" semburan teh panas yang sebagiannya telah membasahi kaos bahkan celana jelas membuat Vino murka seketika. "Bocah edan!"

Ctakk!

"Gyahh..!" Ririn seketika meringis dengan beberapa alasan, tentu akibat rasa nyut-nyutan yang ia terima dari sentilan Vino di dahi juga rasa bersalah sebab telah membuat Vino merasakan betapa panasnya teh itu.

Dengan ekspresi cemberut yang membuat pipi seputih susu itu menggembung lucu, Ririn kini hanya mampu memegangi sebagian jidatnya yang mulai memerah di bawah tatapan geli Kevin juga kekesalan Vino. Tanpa dapat memprotes lebih lanjut ia jelas memilih untuk diam sebab walau sebagaimanapun ia ingin memaki dan memukuli kedua orang itu, pada akhirnya ia akan tetap kalah juga. Secara untuk saat ini ia hanya sendiri sedangkan mereka akan lebih unggul dalam jumlah.

Untuk sesaat Ririn mulai merasa sangat menyayangkan ketidakberadaan Lina di sisinya sekarang ini. Yang tentu saja tanpa anak itu, ia pun akhirnya tidak akan mendapat backup-an sebagai bala bantuan untuk menghadapi situasi seperti sekarang ini.

"Udah-udah, mending kamu cepet ganti baju sana, Vin. Nanti keburu si empunya nih acara tea party dateng loh." wanti Kevin sembari menatapi Vino dengan pandangan kasihan.

"Haa, iya juga.. Dia yang ngundang tea time tapi dianya yang gak keliatan batang idungnya dari tadi. Sebenernya kemana sih tuh bocah?" sungut Vino sembari mulai memijiti pelipisnya yang terasa berdenyut.

"Gatau daritadi pergi bareng Luise sama Tomi, kan? Entah nyasar kemana dah tuh gak balik-balik juga sampe sekarang." ujar Kevin menanggapi.

"Heh, bocah! Tuh beresin mejanya, kan jadi berantakan juga gara-gara kamu!" seru Vino dengan tatapan gemas pada Ririn sembari menunjuk keadaan meja kursi yang agak lumayan kacau akibat ulah heroik mereka tadi.

"Dih, kenapa suruh aku yang beresin? Ehh, heh! Kamu mau kemana? Vino! Kan kamu juga pelaku!!" Ririn yang merasa tak terima jika harus bertanggung jawab secara penuh seorang diri pun segera ikut berseru membuat Vino yang telah beranjak pergi kembali menoleh singkat padanya.

"Duh berisik! Aku mau ganti baju lah, lengket begini juga. Apa? Mau ikut? Yaudah sini!" tukasnya yang diakhiri dengan seringaian menyebalkan.

"Idiihh, najis! Pergi sana gausah balik lagi kalo perlu! anak setan!!" gerutu Ririn balas menyahut cepat dengan kalimat makian serta raut wajah yang tidaklah lagi baik untuk dilihat.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now