DFTL [9] / Sisi Gelap Seorang Chubby

219 19 0
                                    


__________________

Tak lama setelah mereka membahas hal tersebut. Tiba-tiba seorang pria dewasa menghampiri dengan tergesa membuat Lina segera menoleh kearahnya.

"Paman Tian?" tanya Lina dengan wajah bingung.

"Nona, maaf mengganggu. Tapi-"

"I'm home my dear~!!"

"Ehh?"

Teriakan bariton itu seakan mengalun dengan merdu membuat Krishtian yang tadinya hendak memberitahukan kedatangannya ikut terlonjak kaget.

Glek!

Keadaan sekitar yang tadinya riuh terdiam seketika. Seakan orang yang berteriak girang tadi membawa aura gelap yang mampu mengikat hawa aman dan nyaman disekitarnya.

"Loh kenapa, honey? Kok natapnya gitu amat? Gak kangen ya?" tanya pria tadi dengan wajah sendu.

"Oh.. Wa'alaikumussalam." sahut gadis manis itu singkat dan kembali mengelus kepala ketiga kucing kesayangannya tanpa berniat menyapa lebih.

"Ah iya, hehe... Assalamu'alaikum! Tapi gitu doang nih, dear? Gak mau meluk gitu? Ayo peluk dulu dong, honey!" tanya pria itu lagi seraya merentangkan kedua belah tangannya.

"Males!" namun sahutan gadis itu seakan menusuk tepat di hati terdalam membuatnya hanya mampu menghela napas kasar seraya berjalan mendekat dengan Krish dibelakangnya.

"Sayang, kok gitu sih?" tegurnya lembut sesaat setelah berhasil duduk di samping gadis tercintanya itu.

"Nona-"

"Kenapa datang?" Lina hanya mampu berujar lirih seraya menengadahkan wajahnya dengan tatapan tajam beriris violet.

"Maaf....-" mungkin hanya satu kata itu yang dapat ia katakan dan setelahnya ia segera mendekap erat putri semata wayangnya itu seakan apabila terlepas sesaat saja, ia akan pergi lalu menghilang.

Ya, pria itu adalah Ayah yang begitu Lina rindukan. Dan kini gadis mungil itu hanya mampu berdiam dengan iris yang masih berwarna violet. Ia tak terlihat mengeluarkan kristal bening. Hanya menatap nanar dalam dekapan sang Ayah.

"Huhh... Lina tanya, kenapa datang?" lirihnya lagi yang semakin terasa menyayat hati pria yang tengah mendekapnya itu.

"Honey, maaf...maaf... Papa baru bisa pulang sekarang."

"Seharusnya Papa gak usah pulang. Toh di sini Papa cuman beberapa menit terus pergi lagi kan? Lina ngerti kok. Jadi gak usah merasa bersalah kayak gitu. Oh iya... kalo Papa udah balik ke sana lagi, Lina titip salam sama Mama ya?" ujar Lina panjang lebar. Dan kini bola matanya kembali berwarna chocolate, namun begitu gelap hampir menghitam.

"Kok gitu sih? Papa kan kangen sama Lina.." Frank kembali mempererat pelukannya membuat Lina geram.

"Pa, Papa mau bunuh Lina ya? Sesak nih! Udah tau badan Lina kecil gini malah dipeluk sama beruang kayak Papa!"

"Lahh.. Kok malah ngatain Papa beruang sih. Yang bagusan sedikit dong!" sungut pria itu dengan suara yang engg- enek didengar membuat semua orang yang ada di sana mual seketika.

"Iihh... Lepasin, Pa. Lina eneg dengernya!" Lina berusaha berontak dengan kuat membuat dekapan diantaranya terlepas bahkan Frank sampai terjungkal ke belakang.

"Masya Allah, ini anak badan kecil tenaga kok macam sumo?!" bisiknya ngeri.

"Lina denger loh, Pa!" tegur Lina dengan iris hijau muda yang menatap tajam kearahnya.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now