DFTL [91] / Black-Kill

77 8 1
                                    

Sorry for typo,

___________________

*****

Sebuah mansion mewah bernuansa Eropa berdiri dengan megahnya. Jauh dari kota yang penuh hingar-bingar, bagunan ini menjulang diantara pepohonan liar. Anggaplah letaknya di tengah hutan mengingat sejauh mata memandang hanya ada pohon-pohon besar yang rindang. Tersembunyi dari khalayak umum namun jelas mansion besar ini masihlah berpenghuni. Entah apa yang ada dalam benak sang pemilik, malah terpikir membangun rumah di tempat yang seperti ini.

Seorang pria berjas hitam juga kacamata senada yang bertengger di atas hidungnya turun dengan gerakan anggun. Melangkah menuju pintu penumpang dan membukakannya untuk sang atasan. Namun saat pintu mobil berjenis sport berwarna hitam itu terbuka sepenuhnya ia seketika membola.

Bukannya sang Majikan yang turun malah seorang pria bersetelan jas cokelat mengambil alih. Turun dengan penuh etiket layaknya seorang yang bermartabat tinggi, tanpa senyuman hanya memandang datar pada si sopir. Barulah saat ia menjajaki tanah si Nona Muda menyusul sambil tertawa geli ke arahnya.

Bukannya apa hanya saja ia heran. Sejak kapan lelaki itu berpindah ke jok belakang? Bukankah tadi sebelum ia turun pria modis itu masih duduk santai di kursi penumpang yang ada di samping tubuhnya? Jadi, sebenarnya apa yang terjadi? Kapan pria itu berpindah? Itu membuatnya pusing, mulai berpikir apakah sosok itu merupakan cenayang?

"Jo, kamu masih betah di sana? Jika iya mengapa tak sekalian cuci mobil saja?!"

Seruan tegas itu seketika menyentaknya dari pikiran acak yang telah melayang entah kemana. Dengan cepat ia menoleh dan mendapati kedua sosok berbeda status itu telah sampai di depan daun pintu yang tingginya hampir dua meter.

"I-iya, Tuan! Saya ikut!" sahutnya cepat dan segera menyusul tak menghiraukan tatapan penuh ejekan pria itu padanya, lagipula memangnya ia bisa apa?

Tanpa perlu repot-repot mengetuk, pintu itu telah dibukakan oleh seorang pria berbadan tinggi besar sampai-sampai sosok Nona Muda itu hatus mendongak ketika menatapinya.

"Akhirnya datang juga, mari masuk, Tuan, Nona Muda!" serunya kemudian dengan bungkukan hormat namun jelas tak tampak berlebihan.

Hanya beberapa langkah memasuki mansion mereka telah disambut berpuluh-puluh pria berpakaian santai lainnya. Hanya sebagian dari mereka yang mengenakan pakaian serba hitam atau jas. Mereka serempak menyapa dengan antusias saat menyadari sang Nona Muda yang jarang datang berkunjung kini ikut hadir. Berbaris rapi dan menunduk sopan sama seperti pria yang tadi membukakan pintu.

"Nona Muda, Anda datang..!" seru salah satu dari mereka tampak begitu bersemangat.

"Ahh, Nona Muda, jarang melihat Anda!" ujar yang lain pula.

"Nona, Anda benar-benar datang!"

"Ohh, astaga, Nona Muda!"

Mendengar sapaan dan keantusiasan mereka kala melihat kedatangannya membuat senyum manis terukir indah. Kadang pula ia terkekeh melihat keakraban setiap bawahannya ini. Berpikir bahwa usaha kerasnya tak sia-sia membuat suasana harmonis antara atasan dan bawahan. Akhirnya setelah sekian lama berjuang ia melihat keloyalan di hadapan mereka. Seakan tak ada sekat pembatas yang menandakan mereka harus tunduk di bawah dominasi, setidaknya ini juga tidak mengurangi sikap hormat mereka, bukan?

"Nona Muda, mari silakan duduk. Teh Anda akan segera datang." pria yang pertama kali menyambut kedatangan mereka itupun kembali berucap seraya menuntun sang Nona untuk memberikan perjamuan.

"Ehehe, baiklah..." setelah berhasil membuat suasana hiruk-piruk tadi menjadi lebih terkendali ia mengikuti pria itu yang membawanya pada sofa empuk berwarna hitam.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now