DFTL [87] / Pelatihan Kembali (3)

76 7 2
                                    

Lanjutkan, happy reading:D

_____________

*****

Masih dihari yang sama namun situasi dan kondisi berbeda. Tampak seorang anak kecil bertopeng elegant yang masih setia mempertahankan posisi. Tanpa terganggu dengan kumpulan manusia yang menjadikannya sebagai tontonan menarik. Berlompatan ria seperti yang sering ia lakukan ketika bermain(?). Dengan cekatan ia menangkis, menghindar, juga memberikan perlawanan efisien. Tak peduli siapa dan seberbakat apa lawan yang kini tengah berlatih tanding dengannya.

Tak..!

Suara berirama dari potongan kayu yang saling beradu bagai melodi terindah. Mengiringi setiap gerakan tubuhnya yang terlatih.

Entah berapa lama waktu yang telah mereka habiskan namun sepertinya tak ada yang berniat menyerah sama sekali. Bahkan tanpa terduga tak terdapat satupun luka atau lebam yang mereka berdua peroleh. Bukankah itu artinya kekuatan dan keterampilan bermain pedang mereka setara?

Takk!

Sekali lagi ayunan pedang kayu yang melesat cepat menuju kepala berhasil ia tahan. Walaupun sedari tadi ia hanya menggunakan beberapa persen kekuatannya saja namun semakin lama permainan ini semakin dibuat sengit membuatnya mau tak mau kewalahan juga. Kini napasnya pun terdengar berat masih berusaha menahan beban dari pedang kayu yang menekan kuat dihadapannya.

"Kamu pandai bermain pedang, rupanya." entah ini sanjungan yang keberapa kalinya, gadis itu masih berdecih tanpa minat.

"Tak ada yang lebih berbakat, bukan?" sahutnya acuh.

"Kamu baru menggunakannya, bagaimana itu bisa?" bersamaan dengan ucapan itu tekanan yang ia kerahkan semakin besar membuat gadis itu agak terkejut.

"Aku memang baru beberapa kali berlatih pedang. Tetapi ku pikir mungkin ini memang bakat alamiku." ujarnya dengan angkatan bahu, tak peduli.

"Bagus juga, bahkan kamu cepat memahami konsep yang Saya berikan. Bukankah tak salah jika kamu disebut seorang jenius yang hampir menentang alam?" kekehan merdu diperdengarkan walau fokusnya tak juga berkurang sedikitpun.

"Jangan berlebihan, aku hanyalah manusia biasa. Yang kemudian mendapatkan sebuah kesempatan dalam keistimewaan. Tuhan benar-benar menyanyangi kami." ungkapnya dengan ekspresi damai walau hatinya mulai gelisah kala tak kunjung mendapati sebuah peluang, sekecil apapun itu.

Sedetik kemudian sebelum pria itu berhasil menyahut, gadis dihadapannya malah dengan cepat menerjang maju dengan kekuatan tak terkira. Bahkan jika refleksnya tak sebagus itu mungkin jemarinya yang tengah menggenggam gagang pedang kayu akan bernasib kurang bagus.

Kecepatan dan ketepatan gadis bertopeng ukir merah metalik berkilat itu sungguh di luar kemampuan manusia biasa. Menggiring mata pedangnya sendiri ke arah genggaman lawan tanpa terdeteksi. Walau bagi sebagian orang yang memang lihai dan terlatih serangan seperti itu memiliki risiko yang tinggi, namun berkat kegesitan juga tenaga dalam gerakannya hal itu mampu tertandingi dan menjadi sebuah kombinasi manuver mematikan.

Luar biasa! Ia tercekat dengan gerakan terlampau indah itu. Bahkan dengan tak berdaya demi keselamatan jemarinya sendiri, pedang kayu itu telah terlempar jauh dan melambung di udara sebelum mendarat sempurna di genggaman lainnya dari gadis beraura mematikan itu.

"Apa itu barusan?"

"Ah, apa yang terjadi?"

"Cepat sekali,"

Dan beberapa gumaman juga decakan lainnya tertangkap jelas di indera pendengaran di atas rata-rata miliknya. Itu agak sedikit mengganggu, namun juga cukup baik dalam waktu bersamaan.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now