DFTL [2] / Pertemuan

537 26 0
                                    

Typo itu kemanusiaan, Sobb... Happy reading.

__________

Menyadari kedatangan orang lain, mereka bertiga langsung menoleh ke samping secara bersamaan. Dan terlihatlah tiga anak cowok menatapi mereka dengan tatapan meremehkan yang begitu kentara dimatanya.

Vino menyipitkan matanya dengan malas karena merasa terganggu oleh mereka, dan yang membuatnya kesal adalah acara perdebatannya telah berhasil dihentikan hanya dengan sebuah dehaman menyebalkan?

Tapi itulah kenyataannya...

"Apaan?" tanya Vino sinis dengan raut kesal karena sejak tadi mereka yang diyakini Vino adalah anak dari SB-TAMI itu hanya berdiri menatap diam mereka bertiga yang kini tengah duduk di bawah pohon yang lumayan sejuk.

"Ternyata jago juga ya tim kalian." sinisnya dengan cebikan.

Haa, apa mereka merasa tersaingi?

Atau takut bayang-bayang kekalahan menghantuinya?

"Baru tau ya?? Selama ini pada kemana aja? Hilang dari peradaban??" tanya Ririn beruntun seraya melepas topi yang sedari tadi melekat erat dikepalanya.

"Hah, cewek?? Gila." bisik salah seorang temannya.

Namun diantara mereka berenam. Ada sepasang telinga yang dapat mendengarnya dengan amat sangat baik. Entah itu siapa, tak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri dan Tuhan Yang Maha Mengetahui.

"Kenapa emang? Gak boleh? Lagian kalo tim kami gak hebat, mana mungkin kami berhasil sampai babak final kayak gini. Itu otak kemana? Ketinggalan di lapangan?" sahut Lina yang juga ikut melepas topi hitamnya dengan nada mengejek terang-terangan.

Umpatan pelan kembali terdengar ditelinganya, namun ia hanya diam tak berniat menanggapi.

"Ya-"

"Jagoan kami tuh!" sahut Emmy kemudian dari arah belakang dengan tiba-tiba.

"Cantik-cantik malah main bola. Kekurangan orang ya kalian pada?"

Ini orang lama-lama ngeselin ya, ngajak ribut kayaknya, decak Ririn agak sanksi dalam hati.

"Hooh... Mendingan kalian tuh pergi dandan aja noh, ke salon. Trus jajain diri deh ke om-om. Kalo gak, ke kita juga boleh." ujar yang lain menimpali dengan kekehan merendahkan.

Ngeselin emang. Kalo aja di sini tuh lagi gak ada orang, udah ku cincang juga nih orang. Mungkin itulah yang sedari tadi terus bermunculan di otak Lina.

"Ngomong sekate-kate. Gak pernah disekolahin apa tuh mulut? Kalian kira kita cewek apaan? Jal*ng?? Bang**t!!" teriak Ririn dengan agak tertahan.

"Terserah kita dong. Sini yang mau kok situ yang repot?" sambung Lina.

"Gila!"

Ngajak gelud ya? Gak salah emang??

"Wait, bilang apa barusan?" tukas Lina memastikan.

"Kalian semua tuh gila. Masa ngajak cewek main bola. Kurang anggota apa gimana coba?"

Byuuurrrr....!!!

"Apa sih masalahmu??" pekik Lina tak tertahankan lagi yang dengan emosi menyemburkan air dalam gelas plastiknya kepada orang yang barusan berbicara.

"Arggh..!!" kagetnya karena mendapati guyuran air begitu saja.

"Apa, enak hah? Apa liat-liat, mau lagi?" kesal Lina dengan nada rendah namun sarat akan kepekatan aura intimidasi.

"Bilang aja kali kalian tuh takut kalah sama cewek kan? Ngaku aja deh jangan jadi pengecut dong!" ucap Ririn dengan sekuat tenaga menahan tawanya agar tak pecah akibat melihat anak orang yang basah dari kepala ke badan macam anak ayam kecebur got.

Petualangan Defit-al  (NEW)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ