DFTL [132] / Istirahat...lah

26 4 0
                                    

Pa kabar kalian semuaa...?
Dah lah yaa, met baca-, -

___________

*****

Matahari yang tampak malu-malu bersembunyi diantara gumpalan-gumpalan putih yang seakan berjejer di langit biru. Memenuhi penglihatan kala memandangi luasnya lautan di atas sana. Kiranya hal itulah yang kini tengah dilakukan oleh seorang gadis bersama satu ajudan setianya tersebut.

Duduk di atas kap mobil dengan segelas olahan kopi yang menemani. Ditambah terpaan angin yang beberapa kali menghampiri menjadikan suasana terasa begitu damai. Setidaknya itu dapat sedikit menyenangkan gelora emosi yang membuncah pada waktu sebelumnya.

Satu hirupan napas berikut tegukan cairan legit yang khas membasahi kerongkongan. Kaki-kaki mungilnya digerakkan seiring hembusan angin yang mampu menerbangkan helaian rambut gelapnya. Sebuah penampakkan yang teramat menggemaskan.

"Aku tau, Jo dapat diandalkan.." kekehannya terdengar samar namun itu masihlah dapat tertangkap jelas oleh sepasang telinga pria berjas di samping.

"Hanya tempat ini yang terpikir, Saya senang Nona menyukainya." sahut pria itu dengan jujur sembari menampilkan senyum yang menawan.

"Lin gak tau ada tempat kayak gini di sini. Jo sering ke sini?" anak itu menoleh dari pemandangan indah gedung-gedung serta jalanan yang tampak padat di bawah sana ke arah sang sopir.

"Hanya pernah lewat beberapa kali. Di atas ada jalan penghubung ke pegunungan lain di luar daerah, jalan pintas yang bagus untuk melaksanakan keperluan tertentu.." sahut pria itu masih dengan senyum kala memandangi netra terang lawan bicaranya.

"Oh, pantas cuma jalan setapak tanpa pagar pembatas. Ini cuma selebar kurang lebih dua meter, muat satu kendaraan aja. Terlebih kayaknya pinggiran jalan mudah longsor." gadis itu melongokkan kepalanya sejenak menelisik pinggiran jurang yang tampak begitu tinggi dan curam.

"Nona, hati-hati. Jika Anda jatuh, Anda bisa langsung mati." wanti pria itu kemudian seraya menarik pelan ujung jaket sang majikan, takut jika anak itu malah secara tiba-tiba tergelincir dan benar-benar jatuh.

Ah, membayangkannya saja sudah membuatnya gemetar.

Bukannya merasakan ketakutan yang sama, gadis itu malah membalasnya dengan senyum. Gelas kopi instan yang tadi sempat mereka beli ketika mampir di minimarket kembali ia arahkan ke mulut dengan perlahan-lahan. Tampak begitu menikmati setiap sensasi yang terpadu dengan kesunyian damai di sekitar.

"Apa orang-orang juga sering ke sini?" tanyanya kemudian.

"Di balik bukit ada sumber air bersih. Saya pernah berpapasan dengan orang yang mengambil air di sana." sahut pria tersebut seraya mencoba mengingat-ingat.

"Kenapa harus naik trus turun bukit? Kan bahaya. Kenapa gak cari jalan memutari bukitnya aja?" heran Lina lagi dengan tatapan bertanya-tanya.

"Anda tidak lihat? Sisi kanan dan kiri bukit ada lembah yang menganga.. Anda tak berpikir akan mengambil risiko lebih banyak, kan?" sekejap ia dapat mendeteksi kekehan renyah mengiringi kalimat itu.

"Hmm, oke-oke... Aku mengerti sekarang jadi jangan menertawaiku lagi!" gertak Lina yang agaknya berhasil dihiraukan oleh pria di samping tersebut.

"Nona, apa Anda sudah merasa jauh lebih baik sekarang?" tanya Jojo pada akhirnya membuat Lina segera menoleh.

"Ya, sangat baik! Sunyi, sepi, tenang... dan nyaman. Tempat yang sempurna mengistirahatkan otak." senyum Lina dengan begitu bahagia, melupakan kekolotan yang sempat membanjir pada separuh isi otaknya sebelum ini.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now