DFTL [76] / Teman Baru

96 5 1
                                    


*****
_________

Kadang kala setiap pribadi pasti memiliki rahasianya masing-masing. Entah itu berupa aib maupun sesuatu yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Dari skala terkecil sampai yang besar sekalipun. Entah itu dapat berpengaruh atau malah tidak berhubungan sama sekali dengan masa depan yang bersangkutan.

Sama seperti seorang yang kini mulai berusaha membuka diri diantara mereka. Perlahan tapi pasti ia dapat mempercayakan sesuatu terhadap beberapa lainnya yang tampak hangat dengan tangan terbuka tulus. Bagai sebuah uluran tangan dari permukaan lautan dalam yang mencoba meraihnya agar tak semakin tenggelam dalam kenangan menyesakkan. Walau sulit memang untuk membuka diri dan mencoba memperbaiki diri dari keterpurukan. Tetapi ia terus berusaha, berprasangka baik dengan segala bantuan yang coba orang lain berikan. Jujur dari pengamatannya pribadi memang sedari awal lah ia amat sangat ingin sekali untuk sekadar ikut bergabung ataupun berkumpul bersama gadis-gadis penuh kehangatan nan baik ini, hanya saja mungkin akibat tembok yang ia bangun terlalu kokoh semakin mempersulit untuk mencobanya.

Satu hal yang coba ia mengerti dan pahami, mengapa disaat setiap orang yang bahkan tak pernah menghiraukan juga menindasnya dengan tak berperikemanusiaan, orang-orang ini malah memandangnya penuh keteduhan dengan pancaran kekeluargaan yang amat erat. Penuh ketertarikan kala seorang perantara menjembatani kebersaudaraan dengan dalih perkenalan atas dirinya sendiri. Hal itu tentu saja membuatnya mau tak mau berakhir ikut terlibat didalamnya juga. Entah ini suatu keberuntungan atau malah awal dari kisah rumit kehidupannya di masa yang akan datang.

"Dell, sekali lagi maaf ya... mungkin selama ini sikap kita atau bahkan aku pribadi terlalu bodo amat sama kamu. Bukannya aku gak mau temenan sama kamu, cuma kadang aku ngerasa rada gimana aja liat kamu yang selalu menyendiri gitu," sekali lagi kalimat penyesalan bermakna sama terlontar dari salah seorang di antara mereka.

"Iya, gapapa. Aku juga salah kok." cicit yang bersangkutan sambil menunduk.

"Dell, jangan sungkan loh sama kita. Kita sama kok," kini yang lain ikut berucap.

Gadis itu perlahan mendongak dengan senyum yang perlahan mengambang kala menatap wajah teduh gadis bersurai abu di sana.

"Iya, ohh... makasih juga ya, Rin. Biasanya kamu selalu bantuin aku kalo diganggu Elly." ucapnya tulus yang menambah tenang air muka gadis itu.

"Itu sih udah kewajiban kita buat saling bantu. Lagian aku mana bisa diem liat orang terlebih temen sekelas digangguin gitu apalagi sama tuh nenek sihir." gelaknya di akhir.

"Makanya, Dell. Aku kan selalu ingetin buat kamu cari temen. Karna aku tau gak semua orang hatinya jahat. Buktinya kamu juga sering kan ngomongin kebaikan mereka ini sama aku?" gadis bergaya tomboy kembaran Ririn itu berucap seraya merengkuh pundak Dellia dengan hangat.

"Iya,"

"Yee... jangan cuman iya-iya aja! Buktinya sampai sekarang kamu gak sedeket itu bahkan sama nih anak lima!" gerutunya jengah mendengar sahutan lemah Dellia.

"Hooh, kenapa dah. Perasaan kita gak pernah tuh ngindarin kamu atau semacamnya?" Elisha bergumam menuntut jawaban.

"Bukannya gitu, cuman... Aku... rada gak enak aja-"

"Gak enak darimananya? Kita malah kelihatan jahat loh gak pernah ajakin kamu ngumpul bareng." sungut Lani kemudian membuat Dellia kembali menunduk merasa bersalah.

"Maaf,"

"Jangan didengerin, Dell. Gak ada yang salah kok. Cuman kurang saling toleransi aja. Gak apa lah, yang pentingkan sekarang kamu udah mau ngomong sama kita." ujar Dayu seketika menengahi saat pandangannya menangkap raut sedih Dellia.

Petualangan Defit-al  (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang