DFTL [83] / Pendekar Suci (?)

132 6 0
                                    

*****
___________

Siang ini tampak cerah dengan sang surya yang tepat pada junjungan kepala. Tanpa awan membuatnya seakan amat berkuasa atas lautan biru di atas sana.

Kembali dengan panorama hamparan danau luas dengan air yang bagai refleksi langit, berwarna biru dan tenang. Berlatarkan suara-suara dari alat berat maupun penunjang pembangunan lainnya menjadikan tempat ini tampak begitu penuh kesibukan.

Gadis itu tampak termenung entah apa yang tengah ia pikirkan. Namun sepertinya itu bukanlah pemikiran suatu yang biasa, begitu jelas tergambar pada wajahnya yang tenang namun menyiratkan kerumitan.

"Apa ada yang mengganggumu, Nona?" teguran penuh kelembutan dari sesosok pria yang sedari tadi berdiri disampingnya itu kiranya mampu membuat buyar lamunan cantiknya.

"Gak ada," sahutnya kemudian tanpa menoleh.

"Anda tampak kurang baik. Apa Anda benar baik-baik saja?" sebuah pertanyaan kembali mengudara.

"Gak ada yang lebih baik dari keinginan satu kehidupan normal gadis 14 tahun, Niel. Tapi, aku juga bersyukur dengan segala kehidupan ini. Masih terlalu banyak orang di luar sana yang bermimpi punya kehidupan kayak aku, kan?" gadis itu menghembuskan napas pelan sebagai akhir ucapannya.

"Ya, Nona." sahut lelaki rupawan itu membenarkan.

"Aku kangen Daddy." ucapnya tiba-tiba membuat Daniel tersentak untuk sepersekian detik. "Aku juga kangen Papa Frank sama Mama Nia. Apa kamu tau gimana mereka sekarang?" tanyanya lagi setelah terdiam cukup lama.

"Ah, yang Saya tau untuk sekarang mereka baik-baik saja. Dan... mungkin dalam waktu dekat mereka akan kembali." sahut pria itu dengan sedikit berpikir.

"Mama Nia juga?" tanya gadis itu lagi dengan amat antusias, bahkan perhatiannya telah terarah sepenuhnya pada lelaki tadi.

"Entahlah, Nona. Saya juga kurang tau tentang itu." sahutnya pelan dengan ekspresi bersalah ketika respon yang ia dapat hanya berupa dengusan berat.

"Kamu bener, gak ada yang bisa diharapin. Aku cuma... mikirin gimana perasaan bocah itu..." ujarnya meragu pada akhir kalimat. "Dari luar dia emang terlihat baik-baik aja. Tapi kedalaman hati orang siapa yang tau?" ucapnya lagi dengan pandangan menerawang jauh.

"Maksud, Nona...?" Daniel menatapnya dengan lamat dan berikutnya memandangi beberapa sosok yang bermain tak jauh dari mereka.

"Lihat, kadang aku iri sama dia." ucapan lirih itu kembali membuat perhatian Daniel mengarah padanya. "Gimana bisa dia hidup dengan riang dan sebahagia itu? Bukan maksudku pengen dia bersakit hati, cuma... kenapa... dia sangat berbeda. Penuh misteri yang bahkan aku sendiri gak tau sesuatu tentangnya." gadis itu tampak menunduk memperhatikan sepatu bagusnya yang sedikit ternoda tanah basah. "Dia penuh kebahagiaan, riang, dan selalu ceria tapi sebenernya aku tau dia lagi nahan sesuatu yang sangat menyayat hati. Sedang aku? Cukup berbanding terbalik dengannya. Dingin, datar, bahkan terkesan selalu cuek. Tapi buktinya aku bahkan gak bisa nyembunyiin ketakutanku sebaik itu." ujarnya lagi dengan nada mengadu seraya masih menunduk dalam seakan tengah menahan sesuatu.

"Nona..." Daniel terdiam, jelas kehabisan kata menanggapi Nona Mudanya ini.

"Entahlah... Tapi, aku senang dia begitu." kini senyum kecil terbit diwajahnya walau tak terlihat oleh Daniel. "Kamu tau?" tanyanya kemudian tanpa mengalih pandang. "Bahkan aku ragu Paman Krish tau tentang ini," kekehnya setelah mengucapkan hal itu membuat Daniel menyergit, mulai menerka-nerka apa yang ingin Nona Mudanya beritahukan.

Namun setelah beberapa saat gadis itu masih bergeming ditempatnya tanpa niat menghilangkan rasa penasaran bawahan Daddy-nya itu.

"Nona," Daniel menyentak Nonanya sampai gadis itu refleks menatap netra terangnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now