DFTL [13] / Kasus Pertama (3)

180 16 0
                                    

*****

_______________

Separuh perjalanan telah ditempuh dengan ditemani cuaca cerah sore hari yang menyejukkan. Angin berembus perlahan mengiringi setiap langkah dari keenam makhluk ciptaan Tuhan itu. Perlahan membelai dan memanjakan tanpa mengganggu aktivitas yang sedang mereka lakukan.

Membelah jalanan lengang nan sepi di sepanjang dan sejauh mata memandang. Hanya kadang-kadang beberapa alat transportasi yang lewat tanpa menghalangi setiap langkah pasti dari mereka.

Namun tiba-tiba, datang beberapa orang pria berbadan kekar dalam balutan kain serba hitam entah dari mana. Menghadang langkah enam pasang kaki yang melangkah tenang dengan sepeda di tuntunan. Mau tak mau mereka pun menghentikan langkahnya dan memandangi makhluk apakah gerangan yang berani menghalangi mereka.

Zaskia segera beringsut di belakang Line dengan gemetar karena dapat dipastikan ia mengenali salah satu diantara mereka yang kini melangkahkan kakinya mendekat ke arah Agen PTT.

Tanpa rasa takut nan gentar. Kelima gadis itu tetap berdiri di posisi yang sama. Dapat dilihat pula bahwa gadis-gadis itu kini memandang jengah ke arah datangnya pria tak dikenal itu.

Setidaknya itu pernyataan untuk para Agen PTT.

Tapi tidak untuk Zaskia sendiri.

Kini ia makin merapatkan diri ke belakang Line dengan rasa gemetar yang masih menguasai di seluruh tubuhnya.

"Apa mau Anda, Tuan?" tanya Ayi dengan nada bosan.

"Serahkan gadis itu!" ujarnya cepat tak terbantahkan membuat gadis yang dimaksudnya merinding seketika dan semakin menempelkan seluruh tubuhnya pada punggung kecil Line.

Mungkin hanya itu yang mampu ia lakukan pada saat ini.

"Itu mau Anda?" tanya Mellan memastikan seraya maju selangkah untuk menyejajarkan langkah dengan Line.

"Cepat!" pria itu kembali menggeram.

"Kalau tidak?" tantang Anna yang entah sejak kapan sudah berada di samping Ayi.

"Kalau tidak... Kalian tahu akibatnya!" ancam pria itu dengan nada mengintimidasi.

"Untuk apa Anda menginginkannya?" tanya Ayi sarkatis.

"Cepat serahkan saja!! Dan serahkan juga temuan benda yang sedang ku cari itu!" kali ini pria itu menatap tajam ke arah para gadis didepannya. Dan hal itu mampu membuat Zaskia tiba-tiba terisak pelan di balik perlindungan Line.

"Heh, Pak Tua..!! Apa untungnya kami menyerahkan itu semua?" bukan Line namanya kalau hanya begitu saja sudah gentar dan takut akan murka pria didepannya ini.

"Apa kamu bilang?? Beraninya kamu mengatai aku tua!!" bantah pria itu dengan nada emosi.

"Anda kan memang tua. Jadi apa salahnya?" sela Line dengan nada mengejek.

"Sialan kamu, bocah!!" geram pria itu lagi dengan tangan mengepal saking jengkelnya.

"Kenapa semua orang selalu memberi peringatan padaku dengan sebutan bocah? Aku tau aku memang bocah, mana hidup lagi! Tapi setidaknya jangan mengatakan hal itu seakan mengingatkan aku akan di mana posisiku saat ini. Cari kata lain kan bisa, apa kek. Asal jangan kata yang itu, aku bosan mendengarnya! Sebut cantik kek, manis kek, ato sweety, honey kek, ato beauty, setidaknya anak kek!!" protes Line dengan ekspresi kesal yang dibuat-buat.

"Dasar kurang ajar!!" desis pria didepannya yang tampak semakin geram.

Zaskia sesekali terkekeh dalam isakannya akibat pertikaian antara Line dengan Pamannya itu.

Petualangan Defit-al  (NEW)Onde histórias criam vida. Descubra agora