DFTL [79] / Bossy

121 5 1
                                    

Sorry for typo,
Happy reading, Sobb..!

__________________

Hembusan angin yang membawa kesegaran penuh kedamaian bersamanya seketika menyeruak. Silih berganti membelai lembut kulit yang terekspos. Kiranya hal itulah yang mereka dapati sebagai kesan pertama kala pintu kendaraan tersebut terbuka dengan perlahan.

Pemandangan asri nan sejuk seakan mampu memanjakan mata yang menampakinya. Penuh kehangatan alami sangat berbanding terbalik dengan suasana tempat tinggal mereka saat ini.

Diiringi senyum menawan khasnya, mereka mulai mengulurkan kaki beranjak turun dari zona nyaman untuk beberapa saat yang lalu. Saling melempar sikap berbudi luhur pada sosok pria paruh baya di samping mobil mewahnya. Sosok yang sedari tadi telah menunggui mereka dengan sambutan hangat penuh bahagia.

"Selamat datang, selamat datang di desa kami, Nona!" ucapnya berulang kali dengan binar yang tak juga luntur dari pertama kali melihat para anak muda itu menampakkan diri di depan matanya.

"Itu terlalu berlebihan, Pak Bani." balas salah seorang gadis di sana sambil terkekeh.

"Tidak..tidak, Bapak sangat senang kalian mau merepotkan diri dengan datang langsung kemari." ujar pria itu lagi masih dengan sikap segan yang kentara.

"Sudah tugas kami sebagai atasan, datang dan menilai langsung bagaimana kinerja para pekerja dalam beberapa hal." tukas gadis lainnya dengan penuh makna.

"Cuacanya cukup panas, mari Tuan, Nona, kita masuk saja!" ajak pria itu seraya menghela mereka menuju rumah dengan pekarangan lumayan luas tanpa pagar pembatas.

"Ah, tidak perlu terburu-buru begitu. Di sini cuacanya sangat sejuk. Percayalah panas yang Anda maksud di sini adalah kehangatan menyenangkan bagi kami, Anda pasti mengerti bukan bagaimana definisi panas di tempat kami?" kekeh gadis bersurai abu itu dengan nada guyon membuat pria berumur dihadapannya tersenyum kikuk.

"Nona, sebaiknya ikuti saja Pak Bani." ucap pria bernama Daniel itu pelan di telinga Nona mudanya.

Gadis itu mendelik menyadari ketidaknyamanan sekretarisnya. Perlahan ia menarikan pandang dan berhenti pada gadis berperawakan kecil dibelakangnya. Tatapannya penuh arti membuat gadis kecil di sana ikut menoleh.

"Ahh, Paman Tian, mari ikut Pak Bani. Lina pikir di sini terlalu banyak orang." ucap gadis itu pelan seraya menarik ujung jas mahal Krishtian dan mulai mengikuti langkah pria paruh baya dihadapannya.

"Hmm.. Ayo, Niel!" ajak Ririn juga pada Daniel kala Lina melewatinya dengan senyum.

*****

"Nona, Tuan, maaf jika rumah kami terlalu sederhana untuk kalian. Tapi, sebelum kalian pergi ke penginapan jika tidak keberatan tinggallah di sini dulu." tukas seorang wanita awal empat puluhan itu penuh harap seraya menyerahkan gelas-gelas berisi minuman juga kudapan lainnya.

"Ya, memang tak perlu bergegas. Lagipula kami masih menunggu yang lainnya." sahut gadis bernama Ririn itu penuh kesopanan.

"Seharusnya kami yang meminta maaf telah merepotkan kalian, Pak, Bu." sahut Lina menambahkan sambil menyeruput pelan minumannya.

"Tidak..tidak, malah kami senang kedatangan tamu istimewa seperti kalian." sahut Pak Bani cepat membuat kedua gadis itu menatapnya heran.

"Tamu istimewa?" ulang Ririn dengan manahan tawa.

"Ya, berkat kalian desa ini bisa menyusul ketertinggalan dengan daerah lainnya." wanita itu ikut mendudukkan dirinya di samping sang suami.

"Itu benar, tapi... bukankah sebab alasan kesalahpahaman itu juga kami harus turun lapangan secara langsung seperti ini?" kini gadis berambut terang itu telah benar-benar tertawa renyah.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now