DFTL [38] / Misteri Datu Kemuning (5)

104 8 0
                                    


*****
_____________________

Tak terasa hari mulai beranjak sore. Kilatan kekuningan di langit mulai terbentuk. Terlihat pula dua orang yang masih sibuk dengan kegiatannya dan sesekali terdengar pula helaan napas khawatir.

"Aduhh, pergi kemana pula kedua anak singa badung itu? Janjinya akan menyusul tidak lama, tapi ini bahkan sudah sore!" ucapnya lagi sambil berjalan mondar-mandir sampai temannya pun pusing melihat tingkahnya tersebut.

"Sekarang mau bagaimana? Elish juga sedang sibuk bersama Abang Raka."

"Mereka berdua ini juga pergi kemana?Bukankah sudah lama sekali sejak mereka mengatakan ingin pergi? Ah, apa jangan-jangan mereka malah pergi berpacaran?"

"Ya, itu memang bisa saja terjadi!"

"Ah, Mell, tidakkah sebaiknya kita pergi melapor saja pada Pak Rudy untuk meminta bantuan mencari Ayi dan Line? Aku mulai takut terjadi apa-apa pada mereka. Bibi Heni juga pergi kemana? Kenapa belum pulang juga? Ahh, aku jadi pusing!" decak Anna yang benar-benar dibuat pening.

"Ide bagus! Ayo pergi melapor!" seru Mellan cepat seraya menarik lengan Anna.

Hari yang mulai beranjak malam membuat mereka semakin bergegas untuk menemui Pak Rudy sekadar meminta sedikit bantuan. Belum ada separuh perjalanan mereka malah dikejutkan dengan jeritan anak kecil. Hanya sebentar lalu menghilang. Anna juga Mellan saling berpandangan sesaat lalu berlari cepat setelahnya menuju asal suara tadi.

Tepat di tepi sungai yang kemarin mereka pantau, kini mereka menemukan penampakan Datu Kemuning kembali yang telah menggendong anak kecil yang dapat dipastikan tengah pingsan. Niat awal mereka seakan meluap entah kemana hilang disapu angin adrenalin. Kini rasa penasaran mereka lebih besar untuk mengungkap siapakah sebenarnya sosok di balik kostum mengerikan itu. Apakah spekulasi mereka tepat atau malah meleset. Tanpa pikir panjang mereka segera mengikuti ke mana tujuan Datu Kemuning dalam diam.

Mereka terperanjat saat melihat Datu Kemuning itu malah memasuki gua kemarin. Bukankah gua itu sudah kosong? Pikir mereka namun sesaat pikiran lainnya melintas. Mungkin mereka tetap di sana hanya semakin masuk ke dalam saja. Mellan dan Anna ikut masuk masih mengikuti Datu Kemuning yang memang sama sekali tak merasakan bahwa ia tengah diikuti. Benar saja, Datu Kemuning masih berjalan semakin memasuki gua melewati ruang kosong yang sempat mereka tempati kemarin. Bermodalkan pencahayaan obor yang hanya dibawa oleh Datu Kemuning kedua gadis itu merasa tertolong. Sebab mereka tidak seperti Line yang bahkan dapat melihat dalam kegelapan pekat. Atau Ayi yang bisa merasakan apapun yang ada disekitarnya tanpa menyentuh juga melihat secaya langsung.

Semakin lama cahaya di ujung sana semakin memancar. Hal ini sontak membuat kedua gadis itu membola sambil menutup mulutnya masing-masing dengan rapat akibat tak percaya akan apa yang ada di hadapan mereka kini. Datu Kemuning itu terus berjalan menerobos hutan. Dan lagi-lagi kedua gadis itu dibuat melongo sebab Datu Kemuning itu malah membawa mereka pada sebuah gubuk tua.

"Jadi, ini markas baru mereka? Mengapa tiba-tiba ada gubuk di tengah hutan seperti ini?" bisik Anna yang masih merapatkan diri pada dinding kayu gubuk itu.

"Kenapa kita selalu mendapatkan kasus dengan sebuah gubuk di hutan, An?" keluh Mellan juga dengan berbisik.

"Sudahlah, pikirkan itu nanti. Sebaiknya kita juga segera masuk!" Anna perlahan melangkahkan kakinya memasuki gubuk itu yang tentunya diikuti oleh Mellan.

"Ah, kemana perginya Datu Kemuning tadi?" heran Mellan sambil menyapukan pandang ke segala penjuru gubuk tua nan kecil ini.

"Ha? Mengapa tiba-tiba menghilang?"

"Apa mungkin ada jalan rahasia? Seperti ruang bawah tanah atau semacamnya? Sama seperti yang sebelumnya. Bukankah Line mengatakan mereka anggota Darkworld? Bisa jadi hal yang seperti itu juga terdapat di sini bukan?" tanya Mellan berpsekulasi.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now