DFTL [113] / Kenalkah?

76 7 10
                                    

Happy reading, Sobb...!

_____________

*****

Tepat di sebuah ruangan di tempat yang sama namun hari yang berbeda dari sebelumnya. Beberapa remaja telah dengan santainya duduk di atas sofa hitam yang lembut. Mengerjakan beberapa hal diantara layar tembus pandang juga tumpukan buku. Tak ada yang tahu pasti apa yang sebenarnya mereka lakukan. Setidaknya tak satupun dari mereka yang tampak menganggur.

"Lin,"

Panggilan pelan terdengar mengudara diantara jejeran rak-rak besi yang tertata apik. Tak terlalu merambat dengan baik namun itu cukup terdengar jelas.

"Hmm?"

Seakan tak berminat menanggapinya, gadis itu hanya berdehem tanpa lirikan singkat sekalipun. Bahkan ia tak berniat untuk sekadar menghentikan langkah dari aksi pemeriksaan pada setiap loker berpengaman khusus itu. Memeriksa satu demi satu laci tanpa ada yang terlewat sedikitpun. Setidaknya ritual ini harus ia lakukan barang sekali dalam satu bulan.

"Kamu yakin bakal jadiin tempat ini buat ruangan khusus kita juga?" nada pertanyaan itu terdengar penuh ragu membuat langkah gadis itu akhirnya berhenti juga.

"Vin, cepat atau lambat semua barang di sini bakal kita gunain juga buat operasi. Jadi apa yang bikin Vino gak yakin?" tanya gadis itu balik seraya menolehkan kepala ke arah remaja itu.

"Itu... bukannya semua barang di sini koleksi kamu dari perusahaan Papa Frank? Kalo kita gunain apa kamu gak bakal keberatan?" suaranya melemah bahkan kini ekspresinya tampak tak percaya akan kata-katanya sendiri.

"Vino, ini emang koleksinya Lina dari Papa. Tapi kalo cuma dipajang buat apa? Toh barangnya makin lama makin banyak. Setiap ada desain baru di perusahaan pasti beberapa buah bakal dikirim ke sini. Atau malah rancangan khusus yang Papa kasih cuma buat Lina." ujar gadis itu kemudian dengan jemari yang mulai meraih satu barang berbahan perak dari dalam lemari besi. "Semua barang ditaruh di sini. Punya Papa, Paman Tian, Jojo, atau yang lainnya termasuk Lina sama Ririn. Bahkan punya Lina yang sering disita Paman Tian bakal ditaruh ke sini lagi. Vino kan tau awalnya ruangan ini dijaga ketat sama Paman biar Lina gak bisa nyuri satu pun. Tapi sekarang mengingat kita juga udah ngejalanin pelatihan khusus akhirnya akses dikasih lagi ke Lina, walaupun masih diawasin Paman juga sih. Dan lagi tempat ini cuma boleh buat latihan doang kan?" jelasnya lagi yang diakhiri dengan kekehan renyah.

"Iya sih, tapi kalo seandainya Pendekar Suci udah lengkap trus kita dituntut buat bener-bener nyelametin dunia, apa barang-barangnya Lina juga bisa kita pake?" bukan remaja itu yang menyahut melainkan seorang remaja lainnya.

"Tergantung sikon, kan? Di zaman kuno kayak di dunianya Jenderal Bai emang ada senjata yang kayak beginian?" Lina kembali terkekeh seraya mengangkat satu laras panjang dan menyokongnya penuh gaya layaknya seorang Marinir terlatih. "Yang ada kita bisa langsung terkenal dalam sekali tandang." lanjutnya masih dengan nada geli.

"Terlalu banyak senjata modern, gapapa lah kalo kita pake sekali-sekali!" tukas Lani menimpali walau tampaknya ia masih terfokus pada satu buku tebal di hadapan.

"Iya, kalo kita udah punya sertifikat, barang-barang di sini pasti bakal berguna banget, kan? Lina gak masalah kalo pada akhirnya semua barang koleksi ini bakal dijadiin penyokong di organisasi kita." ujar Lina seraya meletakkan kembali senjata api itu ke tempatnya semula.

"Itu artinya Davin juga harus berlatih ilmu persenjataan, kan?" Elisha menoleh dengan tatapan meminta persetujuan ke arah anak kecil di sana.

"Tenang aja, Luise orang yang tepat buat tuh orang. Iya kan, Lin?" tukas Ririn sambil lalu seraya jemarinya yang tampak membetulkan bingkai kacamata yang agak melorot.

Petualangan Defit-al  (NEW)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz