DFTL [125] / Esensi Lainnya

38 6 7
                                    

___________

*****

Sebuah gua kembali mereka dapati, bukan sebab ketidaksengajaan melainkan sosok Penyihir Kekaisaran inilah yang telah membawa mereka ke tempat ini. Tidak terlalu mencolok jika hanya dilihat sekilas, itu karena sebatang pohon besar yang melingkupi keberadaan mulut gua. Seakan pohon berusia tak kurang dari ribuan tahun ini memang telah mengakar dan menyembunyikannya dari dunia.

Tampak sang Penyihir itu menghentikan langkah tepat di depan mulut gua yang sesaat menguarkan aura mistis dari dalam sana. Tak ada kata ia hanya memandangi kedalaman gua yang gelap dan pengap, seakan tak tertarik untuk segera membawa mereka masuk ke dalam sana. Hal itu sontak membuat hampir dari mereka hanya mampu menatap dengan penuh tanya.

Satu helaan napas yang damai berikut dengan jemarinya yang perlahan menyentuh dinding gua. Sejenak itu hanya disaksikan dalam diam oleh anak-anak remaja di belakang. Masih tak ada kalimat protesan yang mengudara sampai sebuah rambatan cahaya keunguan yang terang perlahan muncul diantara jari-jari tangan lentiknya. Itu jelas sebuah array, semacam barier namun fungsinya agak berbeda.

Semakin lama cahaya itu menjadi semakin lebar membuat sosok Penyihir di sana tampak menarik sudut bibirnya tipis entah karena apa. Namun jelas itu berhasil tertangkap oleh kelereng awas beberapa diantara remaja pilihan disekitarannya.

Masih dengan tatapan heran juga takjub, bahkan untuk pertama kali berjumpa pun mereka masih saja tak puas meluncurkan decakan demi decakan ketidakpercayaan di dalam hati. Begitu tak masuk akal namun bukti nyata telah terpampang di depan mata. Jika sudah begitu memang mereka bisa apa selain menerimanya dengan embel-embel imajinasi.

Apalagi dengan kejadian beberapa saat lalu, hal itu semakin membuat mereka hanya mampu melongo dengan ekspresi bodoh pangkat dua. Bagaimana tidak, dengan pikiran serba modern mereka malah disuguhi dengan sesuatu yang berada di luar logika. Bahkan jika itu adalah profesor macam Enstein pun tak akan bisa membenarkannya dengan tanpa pikiran konyol sedikitpun.

Ketika seekor makhluk fantasi yang bahkan untuk kedatangannya saja tidaklah dapat dipercaya dan seketika makhluk itu malah berubah wujud menjadi seorang pemuda tampan dalam balutan Zhaoshan putih berpadu ungu di depan mata kepala mereka sendiri, memang siapa yang tidak akan melongo sampai rasanya mau mati di tempat?

Dan kini dengan bangganya sosok itu membawa mereka untuk menerima berkat yang telah ditakdirkan, setidaknya itulah yang sebelumnya ia katakan pada mereka.

"Nona dan Tuan Muda, jika tidak keberatan marilah masuk ke kediaman Bawahan ini." ucapnya yang entah kebetulan atau tidak membawa hembusan angin menyenangkan sampai-sampai mampu menerbangkan beberapa helaian rambutnya yang sekelam malam juga sisi hanfu berlatar ungu itu, yang jelas menambah kesan penuh kharismatik sosoknya yang berwibawa.

Sejenak mereka hanya menatapi sosok bak Dewa itu dalam diam. Lalu beralih pada array yang memancarkan cahaya terang keunguan. Ah, sosok sang Penyihir Kekaisaran ini agaknya memang kental dengan sesuatu yang berwarna ungu.

"Ku pikir kamu berdiam di kedalaman gua ini?" heran Elish dengan jari yang menunjuk ke arah mulut gua.

"Nona Muda, bagaimana Saya yang utusan Yang Mulia Pangeran Agung memilih tempat tanpa tahu risiko begitu banyak? Apalagi ketika Bawahan ini membawa esensi para Pelindung Suci yang diburu oleh seluruh kehidupan. Bawahan ini harus memikirkan apa yang benar tanpa bahaya sama sekali." sahutnya dengan senyum tipis.

"Ah, bukankah itu juga dapat menggunakan barier pelindung...?" tukas Vira (=Tasya) dengan nada yang agak kurang yakin.

"Barier dapat dengan mudah terdeteksi dan dihancurkan. Jika itu adalah array termasuk array kuno bersegel milik Bawahan ini, itu lebih terjamin." masih dengan nada yang sama ia mencoba menjelaskan sedikit.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now