DFTL [93] / Antara Takdir dan Rahasia

81 8 1
                                    

Sorry for typo!

________________

*****

"Syeriff..!!"

Suasana yang tadinya senyap seketika berubah hiruk-piruk membuat beberapa pria berseragam cokelat lengkap di sana terkaget-kaget. Memang sudah tak perlu dipertanyakan lagi siapakah pemilik suara melengking itu. Bahkan setiap kedatangannya selalu penuh kehebohan dan itu agaknya sudah biasa. Tak ayal pria berseragam itu hanya mampu menggeleng pelan, menenangkan degup jantung yang tadinya menggila bak tengah lari marathon.

"Elish!! Ini kantor bukannya pasar!!"

Sekali lagi mereka dibuat terlonjak kaget. Mendengar teguran tegas menggelegar itu mampu membuat mereka hampir meloncat akibat terkejut.

Seorang pria berbadan tegap berdiri menjulang dengan bertolak pinggang. Netra biru lautnya berkilat tajam penuh peringatan. Auranya gelap menekan mereka sampai rasanya sulit untuk mengambil napas.

Melihat itu gadis bertopeng hitam berukir cokelat yang rumit di sana hanya mampu menyungging senyum dan dua jari teracung membentuk huruf 'V'.

"Selalu saja begitu." cibir Mellan seraya beranjak menghampiri Kepala Polisi yang tampak menahan kesal di sana.

"Kenapa kalian ke sini? Saya tidak mengundang kalian?" Syeriff muda itu menyergit seraya mendudukkan dirinya di kursi terdekat yang entah milik siapa.

"Ayolah, Syeriff, kau tak berpikir membuat kami mati kebosanan kan?" Anna terkekeh dan ikut mendekat menghiraukan tatapan penuh rasa ingin tahu para pria lainnya.

"Sampai datang ke biro? Saya tak memiliki misi untuk kalian." ujar Syeriff dengan hembusan napas menatapi mereka satu persatu.

"Sebenarnya kami hanya berkunjung setelah dari tempat pelatihan." Ayi tersenyum tipis menyadari kekesalan sang Syeriff yang mulai meluap.

"Syeriff, tanpa kasus hidupku rasanya hampa juga!" gerutu Elish melankolis.

"Kalian tau Saya menonaktifkan organisasi ini untuk sementara. Kalian harus fokus pada pelatihan dulu. Bukankah sudah Saya katakan, misi kalian setelah ini akan semakin berat." ujar Syeriff memperingati, nadanya melembut membuat pria berseragam lainnya yang kebetulan mendengar itu tersenyum, jarang-jarang mereka mendapati sang atasan begitu lembut.

"Syeriff, kami pun tau, ini bukan sekadar pelatihan agensi bukan? Melainkan pelatihan untuk menjadi agent intelijen elite. Kami juga tau alasan mengapa kau begitu bersemangat dalam hal ini." Ayi mendengus pelan, tak berniat menyalahkan pria itu ataupun menolak hal tersebut. "Sebenarnya ini sangat membantu untuk kami, jadi terima kasih atas kesempatan besar yang Syeriff berikan." senyumnya kemudian membuat Syeriff maupun yang lainnya terperangah untuk beberapa waktu.

"Ya, kalian tak berpikir Saya akan menyia-nyiakan bakat langka itu kan? Kalian adalah agent terbaik yang Saya punya, lalu apa selain memanjakan kalian dengan ini? Bukankah itu cukup membantu?" Syeriff ikut tersenyum senang menyadari tak adanya penolakan dari mereka walau telah mengetahui segala keinginan terbesarnya untuk hal ini.

"Sangat, Syeriff. Maaf atas kelakuan kami yang kadang membuatmu kesal. Kami bersyukur mendapat pembimbing hebat sepertimu!" seru Anna seraya meraih lengan pria itu dan menggenggamnya erat, amat sangat berterima kasih.

"Tak masalah, toh kalian anak-anak yang baik dan bertanggung jawab. Jadi, kalian tidak keberatan bukan jika setelah ini tugas kalian cukup berbeda?" Syeriff tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya atas kejujuran itu.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now