DFTL [33] / Kasus

107 11 0
                                    


*****
_________________

Pagi ini sangat cerah dengan kicauan burung yang begitu merdu bersahutan. Suara gemerisik daun terdengar nyaring akibat angin yang berembus perlahan. Teriknya sinar mentari seakan berusaha menerobos diantara celah pepohonan. Udara sejuk menambah asri membuat siapapun akan betah berlama-lama menghirup aroma alam.

Begitupun dengan beberapa remaja juga pria dewasa yang kini tengah melangkahkan kaki jenjangnya menikmati suasana pagi di tempat baru. Sesekali mereka berlari-lari kecil serta bersenandung ria dengan earphone menggantung indah di telinga. Rambut panjang para gadis itu kembali bergoyang disapu angin, menambah keelokan rupanya.

Mereka terus berjalan tanpa memperdulikan orang sekitar yang menatap kagum. Namun ada juga yang dengan terang-terangan melemparkan tatapan iri tak suka.

Namun apa pedulinya?

"Udara di sini sejuk ya, gak kayak di kompleks!" seru Elisha sambil menghirup kuat udara pagi di sini seakan takut kehilangan mereka.

"Iya lah, di sinikan udaranya belum tercemar kayak di kota-kota." sahut Raka dengan senyuman lembut.

"Bener juga sih." sahut Lani ikut menghirupnya dengan rakus.

Sayup-sayup terdengar suara riuh pada salah satu tempat membuat seorang diantaranya menghentikan jalannya sambil menyergit terganggu. Seakan menyadari ada yang tengah mengganggu, pria disampingnya itu pun ikut berhenti.

"Ada apa, Nona?" bisiknya pelan membuat Lina menoleh cepat.

"Kayaknya ada yang lagi ribut.." sahutnya ikut berbisik seraya kembali melanjutkan perjalanan menyusul yang lain.

Benar saja, tak jauh dari sana tepatnya pada salah satu rumah yang terlihat besar tampak seorang wanita juga pria paruh baya tengah mengadukan sesuatu.

"Rumah siapa tuh?" tanya Ririn tanpa mengalihkan pandangan dari sana.

"Oh, itu. Itu rumah Bapak Rudy, lurah di sini." sahut Raka dengan nada tak bersahabat.

"Trus itu kenapa? Kok ribut-ribut gitu?" tanya Lani ikut penasaran.

Seakan tertarik dengan sendirinya Lina telah lebih dulu melangkah semakin dekat ke arah sana membuat teman-teman yang melihatnya pun mau tak mau ikut menyusul.

"Assalamu'alaikum..." seru Lina membuat ketiga sosok itu menoleh serempak sambil menjawab salamnya.

"Maaf mengganggu. Kalau boleh tau ini ada apa ya?" tanya Lina sambil menampilkan senyum sopan.

"Ini yang datang kemarin ya?" tanya orang itu balik membuat Lina menatap tak suka di balik pet topi hitamnya.

"Iya, Pak." sahut Ririn yang sudah berdiri di belakang Lina.

"Oh... Maaf ya, Saya belum sempat berkunjung." senyumnya lembut.

"Gak masalah, Pak Rudy. Toh mereka berkunjung saja." sahut Raka ikut tersenyum.

"Kalau boleh tau ini dari mana?"

"Banjarmasin, Pak." Krish menjawab santai dengan ekspresi kelewat datar saat menyadari kekesalan Nonanya saat ini.

"Lumayan jauh ya, ini... Dayu kan?" sapanya pada gadis bersurai chocolate yang kini mengangguk cepat. "Udah besar kamu, kok gak pernah main ke sini lagi?"

"Habis Bang Rakanya sibuk mulu, jadi bosen gak ada temennya. Lagian kan Dayu juga harus sekolah." sahut Dayu seadanya.

"Pak, Saya mohon tindakannya!" ucap wanita paruh baya itu sambil menatap penuh harap pada Pak Rudy.

Petualangan Defit-al  (NEW)Där berättelser lever. Upptäck nu