DFTL [50] / FF

116 8 0
                                    


_____________

"Tapi, Syeriff....-"

"Tak ada kata tapi, Elish. Lakukan saja! Toh ini untukmu juga." decak Syeriff dengan cepat saat kembali mencium aroma-aroma penolakan dari gadis mungil dihadapannya tersebut.

"Terserah kau saja lah, Syeriff. Selagi itu tak membuatku mati, aku akan menurut saja padamu." sungut Elish sadar jika ia tak akan pernah bisa menang jika berargumen dengan sang Kepala Polisi ini. "Syeriff, apa kau tak bertugas?" tanyanya lagi dengan pandangan heran kemudian.

"Kamu pikir Saya sedari tadi ke mana saja, ha? Bermain? Tentu saja bertugas!" dengus Syeriff agak kesal. "Sekarang bersiap-siap lah, Kapt Danu akan segera memulai pelatihan kembali." lanjutnya.

"Sekarang?" beo Anna sambil berdecak.

"Tidak, tahun depan. Ya sekarang lah, kau pikir kapan lagi?!" geram Syeriff membuat ketujuh remaja itu segera mulai bersiap dengan cepat.

"Sore, Syeriff." sapa Danu yang sudah berdiri di depan posko tepat di samping Syeriff yang masih menatapi aktivitas anak didiknya.

"Sore, Kapt. Bagaimana perkembangan mereka?" tanya Syeriff ingin tahu.

"Syeriff, kami baru memegang senjata hari ini. Jadi, bagaimana mungkin Pelatih bisa menilai perkembangannya?" sahut Andre yang entah sejak kapan sudah berdiri dibelakangnya.

"Menurut Saya, mereka memang memiliki potensi luar biasa. Bahkan dihari pertama sudah membuat kami terpesona. Bagaimana nantinya?" kekeh Danu dengan sorot jujur.

"Baguslah jika seperti itu. Tapi apa mereka membuat onar, lagi?" tanya Syeriff sambil melirik satu persatu remaja yang kini sudah berbaris rapi dibelakangnya.

"Oh, itu... Tidak. Semuanya baik. Walaupun ada beberapa hal yang sangat saya khawatirkan.." sahut Danu mulai meragu.

"Apa itu?" Syeriff menyipitkan matanya ke arah pria berumur akhir 30-an itu.

"Mereka memang harus dididik dengan serius. Jika tidak, mungkin mereka akan mudah dijadikan mesin pembunuh bagi pihak lain di luar sana."

"Tenanglah, Pelatih. Itu tak akan pernah terjadi. Percaya lah, kami tak akan menjadi pengkhianat bangsa apapun taruhannya. Walau itu nyawa kami sendiri." sahut Ayi dengan cepat.

"Maka dari itu, tolong berpartisipasilah untuk terus melindungi dan menjaga identitas berharga kami. Sebab, identitas adalah prioritas utama dalam organisasi ini." sambung Line dengan nada serius.

"Hmm..." sahut Syeriff meng-iya-kan.

"Baiklah. Jadi, apa kalian sudah siap?" tanya Danu sambil memandangi mereka satu persatu.

"Siap, Pelatih!" seru mereka serempak membuat Danu menampilkan senyum tipisnya.

*****

"Ambillah senjata apapun yang menurut kalian dapat dijadikan alat untuk bertarung dan yang pastinya cukup kalian kuasai." seru Danu sesaat setelah mereka sampai di sebuah ruangan yang penuh dengan berbagai jenis senjata.

Ketujuh remaja itu tampak melongo dibuatnya tanpa berniat menjalankan perintah sama sekali. Memandangi berpuluh-puluh senjata yang berjejer rapi membuat mereka terkagum. Berbagai jenis senjata tersedia di sini. Belum lagi peletakkannya yang sungguh membuat air liur serasa menetes.

Ekspresi seorang gadis lainnya dengan cepat berganti menyergit saat mata awasnya malah sama sekali tak menemukan benda yang sedari tadi ia cari. Masih mengamati seluruh pelosok ruangan namun hasilnya sama, tak ada!

Petualangan Defit-al  (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang