DFTL [130] / Negosiasi

41 5 1
                                    

Halohaloha... epribadehh, jumpa again kita..
Met baca dah, n jangan lupa enjoy in my story wkwk..

______________

*****

"Laporan! Yang pake jas bodyguard-nya Saddam! Saddam konfirmasi kalo dia kenal mereka, mereka itu anak buah Papanya!"

Seruan itu terdengar jelas diantara benda kecil yang menempel erat pada sebagian dari mereka.

"Diterima, konfirmasi posisi Tim 3!" dan berikutnya terdengar pula seruan dengan perintah lain dari suara yang berbeda.

"Tim 3 mengamankan markas utama. Huhh, kalo diliat-liat mereka lagi pada syok tuh.." sahut suara bariton kemudian yang dibarengi dengan sebuah desahan kasar.

"Owh, okay.. Tenangin aja mereka. Kita bakal beresin ini dengan cepat, lebih cepat dari perkiraan." seruan yang terdengar manis itu kiranya mampu kembali menggelorakan semangat juang dari mereka, bahkan kini dengan tanpa sadar mereka telah mengangguk hampir secara bersamaan. "Lin menuju koordinat Tim 2!" serunya kembali kemudian.

Tak perlu waktu lama untuk anak gadis itu sampai pada tempat tujuan, dimana kini tampak sekelompok pria dewasa dalam balutan jaket kulit serba gelap tengah terhadang oleh beberapa remaja lainnya di sana.

"Cepet banget nyampenya, Dek." tukas seorang remaja laki-laki kemudian saat menyadari kehadirannya diantara mereka.

"Kebetulan Lin tadi ada di posko, baru aja selesein satu kerjaan.." sahutnya sambil lalu sembari terus menyoroti kumpulan para pria tersebut, bukan, tetapi lebih tepatnya satu diantara mereka yang cukup familiar dalam berkas memori.

"Jadi, gimana?" tanya seorang remaja lain yang tampaknya mulai merasa jengah akan keterdiaman ini.

"Gak ada salah satu dari kalian yang adu otot?" Lina mendelik geli saat menyadari posisi mereka kini, dimana agaknya para pria itu tak ada niat menyerang sama sekali.

"Tadinya sih gak gini, tapi waktu kamu bilang mau kesini...-"

"Woahh, benar-benar menghormati, ya?" anak itu tak bisa menahan kekehannya kala mengatakan hal tersebut, walau ia pun tahu kebenarannya tidaklah sesederhana itu. "Hmm, baiklah, Tuan-Tuan yang terhormat! Mulai dari sini Nona ini yang akan mengambil alih. Jadi, adakah dari kalian yang bersedia menerima tawaran negosiasi? Ini hanya untuk meminimalisir terjadinya bentrokan fatal. Mengingat pada dasarnya kalian orang-orang Mr. Manzano tak memiliki perseteruan secara pribadi dengan kami, para didikan Si Buas, benar?" tawaran yang cukup masuk akal, sejenak ia menyungging senyum sebagai akhir dari pidato singkatnya tersebut.

"Tidak merugikan juga, bukankah ini sebanding dengan kami yang memutuskan menahan diri untuk menunggu Anda, Nona?" balas seorang dari mereka yang memang sejak awal telah menjadi perhatian bagi Lina.

"Tentu, Tuan Joey. Saya senang Anda menghormati kami. Jadi, mari.." ajaknya seraya membalikkan badan dan mulai melangkah sebelum satu celutukan kembali membuatnya terkekeh renyah.

"Ngomong-ngomong, Nona. Bisa Anda berhenti memanggil Saya seperti itu?"

"Ayolah, Tuan... Nama itu terdengar cocok untukmu." seling Lina tak acuh membuat bahkan bukan hanya para temannya melainkan para pria di belakang sana tak kuasa menahan raut geli.

"Nona Lin, Anda pun tahu Saya tak bisa mengabaikan Anda sebab itu perintah dari Tuan. Bahkan jikapun Saya sendiri menginginkan hal demikian." jelas sekali bahwa kalimat bernada pelan hampir berupa desahan itu merupakan sebuah ucapan mengalah yang kentara.

"Kalimat yang indah, Nona ini bahkan sampai tersanjung mendengarnya. Tuan Joey memang pandai merangkai kata yang menyenangkan.." sekejap Lina menoleh dengan senyum lebarnya membuat pria berjas rapi itu kembali menghela napas.

Petualangan Defit-al  (NEW)Onde histórias criam vida. Descubra agora