DFTL [124] / Penyihir Agung

36 6 0
                                    

Hello, Sobb...!!
Gimana kabarnya semua?
Maaf yaa Author Cat baru bisa up sekarang:')
Dah berapa bulan nih cerita ditinggalin sama Author:D
Sampe lumutan keknya-, -

Yodahlah daripada makin lumutan mending cuss baca aja n jangan lupa tinggalkan jejak ya, Sobb...!

_____________

*****

Gadis manis itu tampak nyaman dengan posisi santainya. Duduk di atas batu besar yang permukaannya datar. Tak ada kata hanya terus menatap lurus mengawasi setiap muda-mudi yang kini tengah melakukan perawatan. Satu tas kecil berisikan peralatan P3K tersedia di tangan kanannya yang halus dan selembut kulit bayi.

"Hu Li (=Vino) gege memang sangat pengertian.." kekehnya pelan sembari melirik seorang remaja yang kini masih menyibukkan diri dengan beberapa luka gores dilengannya yang lain.

"Line, kamu yakin jika kita aman berada di sini, bukan?" tukas salah satu diantara mereka dengan raut tak pasti kala menatapi kedua sosok di atas sana.

"Nona ini memberi jaminan. Lagipula Ay jiejie dapat diandalkan dan barier miliknya sangatlah kuat. Tenanglah tak akan ada masalah." ujar gadis yang merasa terpanggil itu seraya memberikan sebotol antiseptik epada remaja di samping yang memang meminta demikian.

"Baguslah.. Tetapi jika tiba-tiba serangan seperti itu datang lagi, bagaimana?" tukas seorang gadis lain yang kini telah selesai dengan aktivitasnya memberikan pengobatan sederhana pada sang teman.

"Sepertinya tidak dalam waktu dekat. Mengesampingkan hal itu... sudah berapa lama kita berada di tempat antah berantah ini?" sahutnya kembali yang diakhiri dengan sebuah pertanyaan pula untuk mereka.

"Sekitar hampir dua jam," sahut seorang gadis dengan layar tab yang kini menampilkan tiap satuan detik, itu tampak semacam stopwatch.

"Line, kamu masih memiliki air?" tanya gadis bersurai abu itu kemudian membuat adik kecilnya di sana menyergit untuk beberapa saat.

"Ayi, kamu kehabisan air, eh?" kekehnya pelan tanpa ada niatan memberikan apa yang gadis itu inginkan.

Tak ada kalimat penjelas darinya namun kini ia telah dengan perlahan dan penuh martabat melangkah anggun menjadikan setiap sisi hanfu-nya berkibaran tenang. Beranjak menghampiri sosok di atas batu besar yang masih setia dengan aktivitasnya masing-masing. Sejenak dalam langkahnya gadis itu mendesah pelan kala melihat keadaan anak kecil di sana. Walau tampak baik-baik saja namun sepertinya cedera anak ini lumayan parah. Itu tampak saat Al mulai beralih untuk mengobati luka berbalur cairan merah di punggung bagian atas anak itu.

"Lukamu... maaf ya.." gumamnya pelan dengan tatapan penuh rasa bersalah.

"Kenapa kamu malah meminta maaf? Ini hanya luka kecil dan Nona ini tak akan mati hanya karenanya!" Line berdecak saat melihat ekspresi berlebihan dari kakaknya itu. Toh ini bukan salah gadis itu juga.

"Bukan itu. Jika Papa atau Uncle Jie mengetahuinya bagaimana? Ak-"

"Maka kita akan dalam bahaya! Jadi, Ay bisa kamu ambil alih ini? Walau bagaimanapun pakaian di bagian ini harus dirobek. Jika tidak lalu bagaimana mengobatinya?" tukas Al dengan cepat yang bahkan mampu memotong apapun yang tadi ingin diucapkan oleh Ayi.

"Ah, apa lukanya parah?" tanya Andre yang dengan cepat telah ikut menghampiri.

"Lukanya memang tidak terlalu dalam, tetapi darahnya harus dibersihkan." ujar Ayi yang entah sejak kapan telah menggantikan Al untuk memberi perawatan pada adik mereka ini. "Sudah ku katakan, aku butuh air!" tukasnya lagi membuat Andre yang kebetulan dekat dengannya telah bergerak kilat untuk memenuhi permintaan itu.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now