DFTL [12] / Kasus Pertama (2)

204 19 0
                                    


__________________

"Oke, sudah jelas kan? Langsung aja yuk kita berangkat!" ajak Line seraya berdiri dari duduknya.

"Gak! Gak bisa!" cegah Elish yang kini menampilkan tatapan muka sewot.

"Lah.... emang kenapa, Lish?" heran Mellan mewakili yang lainnya seraya menatap gadis mungil itu dengan cengo.

"Soalnya kan sekarang sudah waktunya makan siang!" cengir Elish yang diakhiri dengan senyum 200 watt miliknya kemudian.

Seketika atmosfer berubah drastis di bawah tatapan tajam nan sinis kesal di balik topeng yang membungkus wajah mereka menghujami Elish.

"Ya udah lah, kalo gitu kita makan aja dulu. Em... Jass, kamu mau kembali ke sini lagi sehabis jam 2 siang?" tanya Line sambil melirik Zaskia dengan ekor matanya.

"Y-ya, tentu! Kalau begitu aku permisi dulu." serunya pelan seraya berlalu sopan.

*****

Dan di sinilah mereka sekarang. Duduk menghadapi berbagai macam hidangan di meja makan.

Ya, dapat diakui. Tempat ini memang ramai. Sangat amat ramai malah. Dan hal itu mampu membuat Ririn kembali mendengus keras.

Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya kembali menghampiri mereka seraya menjelaskan rentetan menu yang telah disajikan. Dapat diyakini bahwa ia adalah kepala koki di sini mengingat seragam yang ia kenakan sedikit lebih elegan dari yang lain.

Tanpa peduli Ririn segera menyantap makanan dihadapannya dengan raut kesal. Dan hal itu tentu saja membuat Tasya- Mommy-nya mendecak tak suka seraya memelototi tanda peringatan ke arah anak semata wayangnya itu.

"Rin!" desisan tajam kembali menguar sesaat setelah kepala koki tadi undur diri kembali ke dapur.

Namun respon Ririn hanya berupa alis yang terangkat dengan mulut penuh berisi makanan.

Tidak sopan?

Owhh, jelas!

"Bisa kamu hargai mereka sedikit saja?" serunya lagi dengan pelan sambil mengarahkan garpu digenggamannya ke arah para koki dan maid yang sedang melakukan pekerjaan mereka.

Glek!

Dengan pelan Ririn menelan kunyahannya seraya berkata,

"Hargain gimana? Bukannya Rin udah hargain mereka ya?"

"Sudah? Terus apa kelakuan kamu tadi?"

"Yang mana?" tanya Ririn lagi sambil menyendokkan makanannya kembali.

"Yang mana? Semuanya-"

"Oke, Mom. Rin minta maaf. Lain kali gak kayak gitu lagi. Lagian kenapa juga harus kayak gitu. Orang udah pada laper juga masih ngoceh aja lagi. Yang ada orang pada kenyang duluan sama omongannya dia." sahut Ririn cepat tanpa menolehkan pandang dari makanan di dalam piring.

"Mommy, Lina sama temen-temen gak ngerepotin kan ya?" Lina berujar pelan sambil memainkan pisau potongnya.

"Ya gak bakal lah. Orang bukan Mommy kok yang repot." Ririn kembali berujar cepat membuat Tasya kembali mendelik.

"Enggak kok. Malah, Mommy seneng makan siang ada yang nemenin. Biasanya kan Rin gak ada waktu makan." sindirnya kemudian sambil menatap tajam ke arah Ririn yang hanya menampilkan cengiran khasnya.

*****

Kembali ke permasalahan. Kini keenam gadis remaja itu telah menempuh jarak yang lumayan jauh dengan sebuah alamat sebagai penunjuk jalan. Mereka terus mengayuh sepedanya mengikuti arahan yang dituju tanpa ada kata menyerah.

Petualangan Defit-al  (NEW)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin