DFTL [110] / Dukungan

90 8 5
                                    

Happy reading and sorry for typo-, -

_____________

*****

Perjamuan selesai pada sore hari menyisakan rasa lelah akibat terlalu banyak bermain juga mengobrol ini dan itu. Sejauh ini langit masih tampak cerah dengan beberapa gumpalan awan yang hanyut terbawa angin di langit biru yang seperti lautan. Disertai dengan kicauan burung bak melodi pengiring sang surya melengser ke peraduan.

Di tempat ini hanya menyisakan beberapa orang saja mengingat yang lain harus segera kembali ke habitat dan menjalankan kewajiban lainnya. Beralih pada daerah kesukaan yang dijuluki private forest oleh beberapa diantara mereka. Taman luas dengan sebuah gazebo di tengah danau teratai yang jernih.

Hidangan yang tadinya penuh dengan kue-kue manis berubah menjadi vegetarian. Buah segar tampak menggoda di dalam keranjang rotan. Ditemani sepoci teh yang menguarkan aroma segar.

Suasana tampak damai dan penuh ketenangan namun sepertinya suasana hati seorang gadis tidaklah semenyenangkan itu. Raut wajahnya berubah suram dengan warna gelap juga netra setajam zamrud. Ingin rasanya ia menangis namun tak ada air mata yang mau keluar. Frustasi juga tak berdaya, ia melarikan pandang pada sosok pria jangkung di hadapan.

Ponsel pintar yang tadi ia geluti telah terlempar jauh entah kemana. Setidaknya benda sial*n itu telah menghilang dari indera penglihatannya yang tajam. Rasa emosi semakin memuncak sebelum satu gelas teh herbal kembali tandas dengan sekali teguk. Perlahan pikiran juga hatinya berangsur tenang bersamaan dengan rasa manis dan segar yang meluncur turun menuju organ dalam.

"Paman..." panggilnya lirih kemudian membuat pria berperawakan tegap itu seketika menegakkan tubuhnya.

"Ya, Nona?" sahut pria itu agak pelan, merasa tak nyaman akan tingkah Nona Muda yang tak lagi bersahabat.

"Lin bakal bunuh dia!" geram gadis itu lagi bersamaan dengan tubuhnya yang telah mendekap erat pria itu, memanjakan indera penciumannya akan aroma menenangkan yang menguar dari tubuh di sana.

Mendapati perlakuan yang tiba-tiba membuat pria itu hampir jatuh jika saja sikutnya tak sempat menopang berat badan. Jika diperhatikan posisi keduanya tampak sangat ambigu dengan seorang pria yang setengah berbaring dan gadis manis di atas tubuhnya.

Suara bedebuk ringan terdengar samar di telinga. Bertahan di posisi yang sama untuk beberapa waktu. Itu membuat seorang pria lain yang menyaksikan agak terperangah sesaat.

"Jika Anda mau orang itu bisa disingkirkan..." gumam pria berjas itu kemudian dengan jemari yang telah mendarat diantara surai gelap gadis diatasnya.

"Mr. Acashie itu emang gak waras! Bahkan dia selalu nundukin kepala waktu sama Papa. Tapi kenapa dia gangguin Lin terus?!" tukas gadis itu dengan nada tak suka.

"Jadi, Anda mau bagaimana?" tanya pria itu lagi.

Kini ia kembali menegakkan tubuhnya mencari posisi yang nyaman untuk duduk di lantai ubin yang mengkilap. Membawa sang Nona Muda untuk duduk di atas paha kanannya.

"Dia tau segalanya tentang Lin. Bahkan dia tau identitas Lin yang lain. Walaupun sejauh ini dia masih sangat ngebantu ngerahasiain itu tapi siapa tau suatu waktu dia bakal nyerang secara tiba-tiba?" Lina mendesah pelan seraya menyenderkan tubuhnya pada dada bidang pria itu, bermanja ria.

"Nona, perlukah membungkamnya?" tanya pria yang sedari tadi hanya memperhatikan dengan jemari yang telah menyimpan ponsel sang Nona pada saku celana bahannya.

Ponsel yang malang, untunglah ia sempat menangkapnya tadi sesaat sebelum hancur lebur menghantam lantai.

"Jo, kamu tau dia gak suka berantem tapi otaknya itu yang ngerepotin pake banget." kembali gadis itu menghela napas dengan tatapan lelah yang terarah pada pria di hadapan. "Udah lah, biarin aja. Selagi dia gak ngelakuin hal yang aneh-aneh, itu gak masalah." toh Papa juga udah tau tentang si bedebah sial*n satu itu, lanjutnya dalam hati.

Petualangan Defit-al  (NEW)Where stories live. Discover now