BAB 4

155K 6K 115
                                    

ASIKKK UPDATEE

KYK UDAH LAMA BGT G UPDATEE

KANGEN KALIAN DEHH!! KOMEN KALIAN GEMES" SOALNYAAA

MAAP YAH TELAT UPDATE, MASIH PADA NUNGGUIN KANN?🥺✨

ENJOYYY

----------

Senyumku sontak terbit mendengar Alex dan Rolf masih berdebat satu sama lain dan saling menyalahkan.

Tidak tahan menunggu Alex turun akhirnya aku pun berdiri, berniat untuk menghampiri pohon tersebut.

"Alex, turunlah, aku sudah tahu itu kau. Bahaya berada di atas pohon seperti itu," ucapku, memperingati.

Mendengar ucapanku, ekor Alex tampak bergerak semakin liar ke kanan kiri seakan tengah kegirangan, membuatku mengerut bingung.

"Dia mengkhawatirkanku! Sudah ku bilang Nat mencintaiku, Rolf," pikirnya yang membuatku tidak dapat menahan tawa lagi.

Padahal aku mengatakannya hanya semata takut dia terjatuh, bukan berarti aku menyukainya.

Astaga, ada-ada saja pikirannya. Sepertinya aku harus hati-hati dalam berucap mulai sekarang, Dia mudah sekali luluh.

Wajah Alex semakin bersembunyi di antara daun-daun dan tubuhnya mundur melingkari pohon, tidak ingin aku mendekatinya.

Yang ku tahu, Alex tengah malu. Sekilas dapat ku lihat telinganya yang turun seperti seekor kucing yang sedang ketakutan.

Tanpa sadar aku menggigit bibir dalam, gemas melihatnya menggemaskan seperti itu. Rasanya aku ingin mencubit pipinya dan memeluknya kencang hingga dia sesak napas.

"Turunlah, bodoh! Dia mencari kita," ucap Rolf dengan tidak sabarnya. Sepertinya perlahan aku sudah mulai bisa membedakannya.

Alex memiliki suara berat yang khas dan serak basah apabila dia sedang memikirkan hal-hal kotor. Sedangkan Rolf mempunyai suara yang berbeda, kadang pula menggeram dan mengaum seperti hewan buas.

Dan yang baru kusadari adalah pikiran Rolf lebih mesum daripada Alex, jujur saja aku lebih takut mendengar suaranya.

Terlihat Alex yang semakin menjauh dan tidak menuruti pikirannya. Kurasa dia benar-benar tidak mau bertemu denganku. Dengan mengendikkan bahu tidak peduli, aku memilih menjauhinya dan membereskan tempat bekalku.

Lagipula aku masih merasa canggung berada di dekatnya setelah apa yang telah terjadi semalam. Kami tidak begitu dekat dan bisa-bisanya aku menggodanya seperti itu.

Tidak, aku tidak mau mengingatnya lagi.

Seiring dengan langkahku yang menjauh, terdengar suara riuh dari arah pohon tersebut.

Tiba-tiba saja terdapat suara gebukan yang sangat kencang dari arah belakang, membuatku sontak berbalik penasaran. Badanku terpaku melihatnya terjatuh dari sana.

Alex terduduk sambil meringis kesakitan memegang pinggulnya. Wajahnya tampak mengenaskan dan ekornya terlihat lemas.

Belum lagi pikiran Alex dan Rolf yang bertubrukan, saling menyalahkan.

"Sial, idemu sangat buruk, Rolf. Pantatku sakit!" Ucap Alex dengan mengeluh sebal.

Bibirnya mengerucut dengan kening menyatu, tampak sedang marah.

"Loncatmu salah, seharusnya kau belajar dariku!" Balas Rolf, sama kesalnya.

Sedangkan aku terdiam, mengamatinya. Tidak tega, akhirnya aku pun mendekati Alex dan mengulurkan tangan.

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now