BAB 33

24.1K 1.5K 266
                                    

AAAA AKHIRNYA UPDATEE, SIAPA YG SENENGG? AYOO SPAM DISINI DULU DONG WKWKKWW

ENJOYYY

-------

"Tidak mau, Alex cuman mau disentuh Natalie," ucapnya dengan bibir memelas.

Pelukannya terasa semakin erat hingga aku merasakan kulit hangatnya yang bersentuhan denganku. Untungnya masih ada tanganku yang menjadi pembatas tubuh kami.

Kening Alex mengerut dalam dan matanya menyipit menatapku tidak suka. Badannya bangkit dan dia berusaha menekan kedua tanganku agar terbuka. Masih kekeuh, aku menggeleng bersamaan dengan gerakan ku yang semakin mundur, menjauhinya.

Dengan sigap pula aku menarik selimut untuk menutupi kulitku yang terekspos. Biar saja Alex tidak bisa melihatnya. Kalau bisa aku ingin memakai baju oversize saja agar dia tidak dapat membayangkan bentuk badanku lagi.

Siapa suruh sudah melihat tubuh perempuan lain? Sial, sekarang aku malah seperti seorang pacar yang cemburu.

"Ayang pelit! Selalu pelit sama Alex!" rajuknya yang akhirnya menyerah.

Tangannya bersedekap di dada dan pipinya mengembung, sebal. Telinga serigalanya tampak turun seiringan dengan pandangannya yang menunduk.

Yang menjadi perhatianku adalah rona merah di pipinya dengan mata berkaca-kaca, Alex seperti bayi, yang ditolak langsung menangis.

Yang menjadi perhatianku adalah rona merah di pipinya dengan mata berkaca-kaca, Alex seperti bayi, yang ditolak langsung menangis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selalu saja berhasil membuatku tidak tega.

Bagaimana bisa Alex yang seimut itu menyentuh banyak wanita? Hanya membayangkannya saja sudah membuat mood-ku turun seketika.

Jika biasanya aku akan kasihan dan menurutinya, kali ini tidak. Aku tidak mau kembali terjebak dan membiarkan Alex menyentuhku. Dia pasti menertawakanku dengan bersifat murahan seperti itu.

"Tidak mau! Kau pembohong," tuduhku yang langsung dibalasnya dengan gelengan.

Alex semakin merenggut dan memukul-mukul bantal sebagai pelampiasan. Tidak mau kalah, tangannya menarikku kencang dan mendudukkan ku di pangkuannya.

Lengannya yang kekar mengurungku dengan mendekap tubuhku kuat seakan tidak ingin aku kabur lagi.

"Tidak pernah," jawabnya dengan yakin. 

Berbeda denganku yang menyipit, tidak percaya. Jangan kira aku tidak tahu apa-apa, Alvin sudah banyak bercerita tentang Alex. Bukan hanya tentang wanita, bahkan sampai ke hobi dan perilakunya pun ikut disertakan.

"Kita tidak seumuran, kau sudah tiga puluh tahun ke atas," ungkapku dengan menunjuknya, curiga.

Satu fakta ini yang membuatku merinding saat mendengarnya, aku tidak tahu rentang usia kami sejauh itu. Padahal selama ini aku hanya bercanda jika sifatnya mirip om-om, tidak ku sangka ternyata ucapanku adalah kenyataan.

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now