BAB 47

17.5K 1.2K 120
                                    

INI MASIH TERMASUK UPDATE HARI INI GA SIH? MASIH LAH YA HEHE MAAPIN MALEM"

ENJOYYY

--------

Natalie POV

"Baiklah kalau itu keputusanmu, aku tidak akan mengganggumu lagi," ucap Alex yang masih terngiang di kepalaku hingga saat ini.

Sudah terhitung dua minggu sejak kejadian hari itu dan Alex benar-benar tidak mendatangiku. Entah kemana perginya pria itu, yang ku ingat terakhir kali adalah wajahnya yang marah dengan tangan mengepal kuat.

Alex tidak membuat keributan seperti biasanya, dia tampak tenang dan pergi begitu saja dari hadapanku. Tidak ada paksaan ataupun permohonan agar aku kembali bersamanya.

Anehnya, sekarang aku merasa ada yang kurang. Menatap dalam pada gelas yang ku pegang, perasaanku terasa kosong.

"Nat! Apa kau mendengarku?!" tanya seorang pria dengan menepuk bahuku kencang. Sontak pandanganku tertuju padanya. Bahkan aku sampai melupakan kehadiran Bryan yang saat ini tengah menemaniku.

Akhir-akhir ini pria itu memang selalu datang ke rumah, bukan untuk darah lagi, lebih tepatnya sebagai temanku satu-satunya. Setidaknya dengan kehadiran Bryan, aku tidak hanya melamun saja, ada seseorang yang bisa ku ajak bicara.

"Ah maaf, Bri. Aku sedang tidak fokus," lirihku dengan membalas tatapannya yang khawatir.

"Karena Alex lagi?" tebaknya yang tepat mengenai sasaran. Bryan memang selalu tahu apa yang ku pikirkan, kekuatannya adalah bisa membaca perasaan seseorang.

Dan alasan dia menggodaku saat awal pertemuan kami adalah karena hatiku berwarna merah pada saat itu, Bryan tahu aku sudah jatuh cinta pada Alex sejak lama. Menyebalkan sekali, orang lain lebih dulu mengetahuinya dibandingkan diriku sendiri.

Menggeleng, aku menyangkal pertanyaannya dengan lugas. Mana mungkin aku mengakuinya, Bryan pasti akan menertawakanku setelah apa yang kami lakukan di hadapan Alex.

"Rencanamu buruk, Nat. Kau memang berhasil membuat Alex meninggalkanmu. Namun, lebih parah dari itu, kau pun seperti kehilangan semangat hidup," ucapnya yang membuat keningku mengerut.

Apakah terlalu jelas? Padahal aku sudah berusaha tidak memperlihatkannya pada siapapun. 

Aku sangat membenci Alex, akan tetapi ada sisi hatiku yang menginginkannya berada di sini. Mengingat tingkahnya yang menggemaskan saat membujukku, sering kali aku luluh dibuatnya.

Tidak, tidak boleh. Alex sudah berselingkuh. Memaksakan senyum, aku menatap Bryan dengan menyipit dan menggeleng yakin.

"Tidak, aku senang, Bri. Setelah sekian lama, akhirnya aku lepas darinya," ungkapku dengan mencicit.

Mataku menatap Bryan dalam dengan pikiran yang kosong. Rasanya seperti merindukan seseorang, akan tetapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Padahal saat Alex berada di sini, aku masih bisa tersenyum di belakangnya. Bagaimana tidak jika kelakuannya selalu diluar nalar. 

Apalagi saat tertidur di lantai, Alex seperti bintang laut yang menempel pada ubin, terlihat sangat imut dengan perut bulatnya yang naik turun. Ditambah lagi air liurnya yang sampai turun dari mulut.

 Ditambah lagi air liurnya yang sampai turun dari mulut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now