BAB 49

18.8K 1.2K 104
                                    

WAHHH UDAH LAMA YA GA UPDATEE

SIAPA YG NUNGGUINN?

BTWWW THANK U YA GAISSS, KITA BERHASIL BAWA CERITA INI KE 1M VIEWS AAAAAAA

CONGRATSSS UNTUK KITA SMUA🎉

ENJOYYY

---------

Tangan Alex semakin mengelusku sana-sini. Senyum lebarnya terpatri jelas di bibir, akan tetapi matanya menatapku dengan ketakutan.

Sudah pasti ada sesuatu yang disembunyikannya dariku.

Menghempaskan tangannya, aku tidak mau disentuh Alex lagi. Tidak ada yang tahu apa yang baru saja dia lakukan. Bisa saja dia baru menyentuh Natasha ataupun melakukan yang tidak-tidak. Hanya memikirkannya saja, aku merasa tidak nyaman.

Sontak mataku menatapnya tajam dan tanganku bersedekap di dada.

"Apa yang kau lakukan berdua dengannya?" tanyaku dengan menaikkan sebelah alis. Badanku bertumpu pada pintu dan menjaga jarak darinya.

Sedangkan Alex, dia hanya terdiam kaku dengan tangan yang disembunyikan di belakang punggung, seperti seorang pelaku kejahatan. Setelahnya menggeleng, tidak mau menjawab.

"Natalie tidak perlu tahu, nanti marah," ucapnya yang membuatku semakin diliputi amarah.

Padahal tadi aku senang sekali melihatnya baik-baik saja. Namun, mengetahui ada rahasia di antara mereka, aku jadi tidak niat lagi. Alex masih milik Natasha dan aku bukan siapa-siapa.

"Kalau begitu, jangan ganggu aku lagi. Aku tidak mau bersama pria yang masih menemui wanita lain!" tegasku, memperingati.

Sepertinya lebih baik aku kembali ke rumah Bryan saja, aku merasa lebih aman di sana tanpa kehadiran Alex. Mengeluarkan handphone, tanganku dengan sigap mengetik sesuatu pada Bryan.

Namun, Alex lebih cepat mengambilnya.

Tangannya mengepal, meremas benda kotak itu dengan sangat kuat. Tanpa aba-aba pula, dia melemparnya ke dinding hingga menjadi serpihan kaca yang tidak berguna.

Mulutku menganga dan tubuhku menegang melihatnya. Urat-urat di tangan Alex pun terlihat sangat jelas, menandakan dia tengah marah.

Badannya semakin mengurungku dengan tangan yang sudah memelukku erat. Begitupun kepalanya yang dia tempelkan di ceruk leher, aku sampai tidak bisa bergerak dibuatnya.

"Baiklah aku akan mengaku, aku membakarnya! Jangan takut padaku, sayang, aku bukan monster," lirihnya mencicit.

Helaan napasnya terdengar kasar dan wajahnya sengaja dia sembunyikan dari pandanganku. Kentara sekali Alex tengah ketakutan. Otaknya yang penuh dengan pikiran buruk, membuatku tidak tega.

Refleks aku melepaskan pelukannya dan menatap wajahnya yang hanya menunduk. Tanganku menaikkan dagunya hingga kini mata kami bertatapan. Tidak ada kebohongan di sana.

Bola matanya yang berwarna hazel itu menatapku dengan takut dan memuja. Aku seperti melihat Alex yang dulu, Alex yang hanya akan menatap padaku.

Dan mendengar Natasha sudah mati, entah mengapa tidak ada ketakutan dalam diriku. Berbanding terbalik, aku malah merasa lega.

Namun, masih ada yang membuatku tidak mengerti. Tubuhnya yang dipenuhi air terasa tidak masuk akal. Pikiranku sudah penuh membayangkan hal-hal buruk, aku masih takut jika Alex melakukan sesuatu dengan Natasha di sungai. Alex pernah bilang ingin mencobanya dan tentu saja aku selalu menolak hal itu.

Meneguk ludah kasar, aku memberanikan diri bertanya padanya.

"L-lalu kenapa kau basah?"

Mataku menatap ke bawah, menelaah tubuhnya yang tercetak jelas di sana. Otot-otot yang terbentuk membuat badanku panas dingin. Enak saja Natasha juga melihatnya, rasanya aku tidak ingin berbagi yang satu ini.

Pet Me, I'm Your Wolf!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang