BAB 25

37.3K 2.2K 243
                                    

ENJOYYYY

---------

"Ada luka di pahamu, kukira tadi beneran lebam tapi sepertinya bukan ya. Maaf membuatmu tidak nyaman," jelas Bryan merasa bersalah.

Dia kembali mundur dan memberikan jarak padaku. Tidak lupa juga senyumnya yang masih tersungging manis di bibir.

Dengan mengerut, aku ikut menatap ke bawah. Ucapannya ternyata benar, terdapat banyak bulatan keunguan di sana. Sial, aku lupa menutupinya dengan make up.

Itu adalah kissmark dari Alex. Tidak tanggung-tanggung, dia membuatnya di seluruh tubuhku.

Sontak wajahku melongo dan tanganku dengan sigap menutupinya.

Meneguk ludah kasar, aku jadi tidak enak sudah menuduh Bryan yang tidak tidak, apalagi sampai mengancamnya.

Belum sempat meminta maaf, dia sudah mendahului ku berbicara. Dapat ku lihat sedikit raut kesal di wajahnya yang ia coba tutupi.

"Jadi kau habis melakukan sesuatu dengan pacarmu, ya? Kau tahu aku merasa tertantang mendengar kau sudah memiliki pria lain, Nat," ucapnya yang tidak dapat ku mengerti. Nada bicaranya datar dan tatapannya tajam.

Ditambah lagi dengan seringai yang menakutkan di bibirnya. Entah mengapa aku merasa sedikit terintimidasi.

Menggeleng, aku kembali fokus ke kertas lirik. Lagipula aku baru mengenalnya, tidak baik menduganya yang macam-macam.

"Ayo kita latihan lagi, di bagian reff aku masih merasa kurang," ajak ku, menyangkal ucapannya.

Aku merasa tidak nyaman membicarakan hal dewasa dengan orang asing. Apalagi kami hanya berduaan di ruangan ini, dengan sofa empuk yang seakan mendukung keadaan.

Bisa bahaya jika aku meladeninya.

Namun, seperti belum puas, Bryan masih saja meneruskannya.

"Pacarmu itu beruntung sekali, aku jadi penasaran gaya apa yang sering kalian lakukan. Misionaris, doggy style, atau--"

Dengan cepat, aku menutup mulutnya dan menatapnya tajam. Badan Bryan sampai terjatuh karena tidak kuat menahan pergerakan ku yang tiba-tiba.

Aku yang oleng pun ikut menghimpitnya. Posisi yang berbahaya.

Bryan tiduran di sofa dan aku berada di atasnya dengan menungging. Matanya menatapku terbelalak dan terlihat sorot keterkejutan dari sana.

Akan tetapi itu semua tidak meruntuhkan amarahku.

"Kau terlalu ikut campur, Bri. Aku baru tahu jika seorang fans bisa menanyakan hal privasi seperti itu. Jangan mengganggu ku!" tegas ku dengan menunjuknya menggunakan telunjuk.

Namun, tidak seperti yang ku bayangkan, Bryan malah tertawa renyah dan mengangguk polos.

Aku yang tidak nyaman, mengubah posisi menjadi duduk kembali. Kali ini aku benar-benar memisahkan jarak darinya. Aku duduk di sofa lain yang berbeda.

"Aku hanya bertanya, kau tidak perlu menjawabnya. Lagipula wajahmu sudah mengatakan semuanya," ucapnya dengan menatapku lekat, menelaah.

Senyumnya mengembang lebar hingga matanya menyipit. Tidak ada lagi raut kekesalan di sana, membuatku mengerut bingung dengan tingkahnya yang berubah-ubah.

"You're still a virgin, am I right?" Tanyanya membuat jantungku berdegup cepat. Entah darimana Bryan mengetahuinya, dia seperti sudah sering melakukannya.

Tidak menjawab, aku malah membereskan kertas lirik yang berantakan di meja. Tatapannya yang intens membuatku sangat tidak nyaman. Aku harus segera pergi dari sini.

Pet Me, I'm Your Wolf!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang