BAB 10

93.3K 4.6K 344
                                    

ASIKKK UPDATEE, SIAPA YG NUNGGUIN DR SEMALEMM?

GUE MAU UPDATE KEMARIN, TP NGANTUK BGTTT MAAPINN

DAANNNN KEREN BGT KOMEN KLIAN LEBIH BANYAK DRPD BAB SBELUMNYAAAA!! DI BAB INI BISA GA YAH🌝🌝

HEHEHHE ENJOYY!

BTW SIAPAAA YG BACA TP BLOM FOLLOWWW? HAYO NGAKU!🥺

-------------

Menuju atas panggung, pandanganku menelaah dan melihat mata-mata lapar menatap ke arahku—atau lebih tepatnya, tubuhku.

Kebanyakan mereka adalah pria ber-jas dengan tampilan klimis dan mewah, tak ayal penampilannya memang dari kalangan atas.

Namun, ada satu orang di pojok sana yang mengalihkan perhatianku. Pria dengan jaket hoodie yang menutupi hingga rambut dan tatapan sayu itu, Alex.

Entah mengapa melihatnya ada di antara barisan penonton, membuatku berdebar. Matanya menatapku lekat dan sekilas dapat kulihat seringai menggoda di bibirnya.

 Matanya menatapku lekat dan sekilas dapat kulihat seringai menggoda di bibirnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Musik pun mengalun dan tiap nada bagai melodi yang menyihirku. Diiringi suara piano yang lembut, aku menggenggam mic dengan takut dan mengeluarkan suaraku perlahan.

Tenang, Nat, kau sudah melakukannya setiap hari.

Akan tetapi, tidak dapat disangkal rasanya masih sangat gugup hingga tanganku tremor. Apalagi jika mengingat pembicaraan kami terakhir kali, bisa-bisa lirik di kepalaku buyar begitu saja.

Mengalihkan pandangan, ku coba tersenyum ke arah pengunjung lain dan mengeluarkan syair dengan lembut.

Pikiran beragam orang-orang terngiang di kepalaku seperti sebuah kaset rusak. Ada yang mengagumi, memuji, hingga mencemoohku. Namun yang paling mencuri perhatian adalah pikiran mesum dengan suara serak yang sangat ku kenal.

"Shit, Nat sexy sekali! Suaranya halus, Rolf, berani-beraninya dia mengeluarkan suara merdunya itu untuk semua pria di sini?!"

Mendengar hal itu menerbitkan senyum di bibirku.

Sepertinya aku harus mulai terbiasa dengan pujian Alex. Hanya dengan kalimat begitu saja hatiku sudah berdetak kencang.

Dengan percaya diri, aku semakin mengeluarkan suaraku dan bergerak kesana kemari. Memang sudah menjadi gayaku bernyanyi dengan centil dan menggoda.

"Dia memancing kita, Al! Bisa kau bayangkan saat dia mendesah dibawah kungkungan kita?" balas Rolf membuatku tertegun dan meneguk ludah kasar.

Menggeleng, aku tidak ingin mendengar pikiran mereka berdua lagi. Ku yakin setelah ini otak mesum Rolf akan semakin menjadi-jadi dan memprovokasi Alex.

Sedikit lagi, lagu ini akan usai.

Menyelesaikan bait terakhir, suaraku langsung ditutup dengan tepuk tangan yang meriah oleh para pengunjung.

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now