[S2] BAB 56

17.4K 980 61
                                    

HALO GAIS, AKU CUMAN MAU MINTA MAAF KALAU PADA BOSEN SAMA ALURNYA DAN NGERASA CERITA INI GITU" AJA

PADAHAL AKU UDH EXCITED BGT NULISNYA, MUNGKIN EMG BLOM SESUAI HARAPAN KALIAN AJA.

YANG MAU BACA AKU UCAPIN TERIMA KASIH 

ENJOYY

--------

"Sayang, ngomong dong," pinta Alex yang sudah ku dengar kesekian kalinya hari ini. Tangannya memegang pipi, mengarahkan wajahku agar menatapnya.

Hanya sedetik, aku kembali melihat ke arah lain. Malas sekali rasanya melihat Alex, lagi-lagi aku dijebak olehnya.

Boro-boro ke luar negeri, ke luar kamar saja masih tidak diperbolehkan. Semuanya hanya omong kosong saja dan aku sangat membenci hal itu.

"Udah tiga hari, sayang, masa ga mau ngomong-ngomong?" tanyanya dengan sangat lembut. Alex memang jarang sekali marah padaku, sejak menikah yang ku lihat hanya ekspresi memelasnya. Apalagi jika sudah berhubungan dengan sex.

Mendengar ucapannya, aku menggeleng yakin, masih berlanjut dengan aksi diamku. Siapa suruh menjadi suami yang menyebalkan? Ini menyebalkannya kuadrat, di luar batas kesabaranku.

Lebih baik aku diam daripada marah-marah namun tetap tidak didengarkannya.

"Alex salah apa, hmm?" tanyanya sekali lagi yang berhasil membuatku melotot sempurna. Refleks kepalaku mengarah padanya dengan mata yang terbelalak.

Wajahnya terlihat sangat polos dan memelas seperti orang yang tidak bersalah. Sepertinya Alex memang cocok mendapatkan predikat suami paling tidak peka 2023. Masalah sepele seperti ini saja, dia tidak mengerti.

Padahal sudah berulang kali aku mengatakan bosan.

Untungnya aku sudah sempat menyiapkan buku tulis di samping kasur, ini semua bentuk siaga karena aku benar-benar tidak mau berbicara dengannya.

"Pikir sendiri!" tulisku menggunakan pulpen merah. Setelahnya aku memberikannya pada Alex dengan sedikit melemparnya.

Raut wajah Alex terlihat mengerut dengan bibir yang mengerucut sedih. Matanya menatapku lekat dan tangannya kian memelukku erat.

Aku tidak menolak saat disentuh olehnya, hanya saja tidak membalasnya juga. Biar saja Alex merana sendirian. Habis semakin dibalas, semakin kelewatan.

"Natalie ga asik! Masa dari kemarin Alex main sendiri terus, Natalienya ga mau gerak!" keluhnya dengan mengelus pipiku. Alex tiduran di kasur dan mendekapku dalam dadanya. Tangannya menuju ke punggungku dan mengelusnya sensual, memancing nafsuku.

Napasku mulai terengah-engah, namun sebisa mungkin ku tahan. Aku tidak akan kembali masuk ke dalam jebakannya.

Tanganku dengan cepat menulis goresan tinta di kertas dan memberikannya di wajah Alex, menutupi matanya yang berkabut.

"Jangan sentuh aku! Main saja sendiri!" tegasku yang tertera di sana.

Tangan Alex mencengkram kulitku kuat dan dia menggigit bahuku dengan kencang, membuatku spontan mendorong kepalanya. Menyebalkan sekali, sudah ku bilang tidak mau disentuh, masih saja ngeyel membujukku.

Seharusnya Alex meninggalkanku dan membiarkanku bernapas. Atau setidaknya memperbolehkanku keluar kamar, menghirup udara segar.

Membaca tulisanku sekali lagi, wajahnya tampak mengeras, tidak suka.

"Ga boleh gitu, kan Natalie udah jadi istri harus nurut sama suami!" nasihatnya dengan jari telunjuk yang mengarah padaku. Selalu saja seperti itu setiap aku membangkang, ada saja petuahnya kiat-kiat menjadi istri yang baik.

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now