BAB 42

18.1K 1.2K 84
                                    

ENJOYYY

----------

"Ini semua tidak seperti yang kau bayangkan, sayang," ucap Alex dengan membenarkan celananya. Tangannya mengelap darah di sekitar wajahnya dan tersenyum lebar seakan senang melihat keberadaanku.

Tanpa sadar bulu kudukku merinding, takut melihat ekspresinya yang seperti psikopat. Aku tidak pernah melihat darah sebanyak itu sepanjang hidupku, Alex seperti orang yang berbeda.

Ditambah lagi dengan matanya yang menatapku dari atas ke bawah, menelaah. Dia pasti menyadari dress apa yang sedang ku kenakan. Seringainya sudah menjawab semuanya.

Refleks tanganku bersembunyi di belakang punggung, saking gugupnya.

Refleks tanganku bersembunyi di belakang punggung, saking gugupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mate kita sangat cantik, Rolf. Ini benar-benar Natalie-ku," pikirnya dengan mata berbinar.

Berbeda denganku yang hanya menunduk, tidak mau menatapnya. Entah mengapa pujiannya tidak lagi membuatku berdebar.

Bukannya senang, aku malah kembali memikirkan desahan Alex saat bersama Natasha tadi. Tidak mungkin semuanya pura-pura, terdengar sangat jelas di telingaku.

Dan mungkin saja, Alex pun memujinya seperti ini.

"Jelas saja cantik, aku juga sangat tampan. Dan perlu ku garis bawahi bahwa Natalie adalah mate-ku! Aku tidak mau berbagi dengan pria brengsek sepertimu!" balas Rolf yang begitu menggemaskan.

Mendengar serigala itu membelaku, menimbulkan detakan kencang di hati. Aku merasa lebih nyaman bersamanya, dibandingkan dengan Alex.

Rolf tidak mungkin ikut menduakanku, kan. Dia tidak pernah membahas wanita lain di hadapanku.

Namun, aku tidak ingin kembali terbuai. Menggeleng, aku berbalik dan tidak mempedulikannya.

Untuk mengeluarkan suara saja rasanya sangat malas. Amarahku sudah terkumpul di rongga dada dan aku tidak ingin Alex mengetahuinya.

Anggap saja di antara kami sudah tidak ada apa-apa.

Baru saja berjalan selangkah, tanganku sudah ditahannya oleh Alex. Dengan cepat aku menghempaskannya dan menatapnya tajam.

Secara sigap, aku mengelap tangan pada baju, menghapus jejaknya di kulitku.

Wajahnya seketika merenggut dan bibirnya maju ke depan, merajuk. Matanya menatapku sedih dan tangannya masih saja ingin menyentuhku, membuatku sontak mundur menjauhinya.

"Natalie kok gitu?! Aku bisa menjelaskannya, sayang. Kau tidak melihatnya sampai akhir," lirih Alex dengan gelagatnya yang ketakutan. Tubuhnya menegang kaku dan bibirnya dia gigit kuat, seakan cemas dengan responku.

Mengerjapkan mata berulang kali, aku merasa lebih sentimental saat menatapnya. Mataku terasa memanas dan helaan napasku mulai memberat. Melihat Alex tidak tertutupi benang sama sekali, kembali mengingatkanku.

Pet Me, I'm Your Wolf!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang