BAB 19

61.1K 2.9K 228
                                    

OMOOO INI MASIH TERMASUK DOUBLE UPDATE GA SIHHH?

PADAHAL UDAH GUE BUAT DARI SORE TP BARU BISA UPLOAD SKRG:(( MAAPINN

ENJOYYY!

------------

Ku buka bajunya dengan kasar hingga terdengar suara robekan kain dari sana. Benang-benang ini menghalangiku melihat tubuh indah Natalie.

Tangannya sedari tadi mendorong dadaku, kadang kala dia menonjok bahuku kuat. Sayangnya tidak berasa apa-apa.

Bibirnya yang bergetar membuatku gemas ingin menghentikannya. Ku cium bibir itu kasar dan memburu, sengaja ku cengkram dagunya agar tidak dapat menghindar.

Rasanya manis, salivanya sangat nikmat dan memabukkan.

"Hmm, l-lepas," rintihnya tidak jelas di telingaku.

Fokusku malah pada lidahnya yang bergerak, seakan menggoda ku.

Tidak membuang kesempatan, ku masukkan lidahku ke dalam mulutnya hingga refleks dia menganga lebih lebar. Napasnya terengah-engah dan berulang kali lidahnya mendorong, membuatku malah semakin bernafsu.

Tangannya yang tidak berhenti mendorong, ku cengkram dengan kuat di atas kepalanya hingga tidak dapat bergerak lagi. Tidak ku pedulikan rintihannya yang kesakitan atas tindakanku.

Perutku terasa penuh dengan bunga-bunga merasakan manisnya mulut Natalie.

Namun, air mata itu menggangguku. Keningku mengerut saat semakin lama bibirnya terasa asin. Ditambah lagi dengan sesegukannya yang mengganggu pendengaran.

Sontak mataku terbuka dan terkejut melihat wajah cantiknya yang berantakan. Matanya terpejam erat dengan pipi yang memerah. Belum lagi luka gores dan bekas darah yang berada di belakang leher Natalie, membuatku merasa sangat marah.

"AGHH SIAL," teriakku kencang sambil meremas bantal.

Natalie yang terkejut sontak membuka matanya dan menatapku bingung. Masih tersisa air mata di sana, membuatku tampak sangat brengsek.

Ku lempar bantal ke arah lemari hingga menimbulkan suara pecahan kaca yang sangat kuat.

Melihat Natalie menangis dan ketakutan di hadapanku, meruntuhkan nafsuku yang sudah di ujung tanduk.

Tubuhnya menolakku, bagaimana mungkin aku tetap memaksanya.

Akhirnya aku bangkit dari kasur dan membebaskannya dari pelukan. Ku jauhi Natalie dengan langkah berat dan duduk di pojokan dinding.

"Pergilah, Nat,"

Sepuluh menit lagi tepat tengah malam. Badanku sudah gemetaran dan bagian bawah sana menegang sempurna, meminta untuk dilepaskan.

Dengan cekatan aku mengambil kembali rantai besi dan mengikatkan tangan kaki ku di sana.

Kepalaku bersandar pada tembok dan meratapi nasibku malam ini yang hanya bisa main sendiri. Ku peluk bantal dengan kuat, melampiaskan rasa inginku mengurung Natalie.

 Ku peluk bantal dengan kuat, melampiaskan rasa inginku mengurung Natalie

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now