BAB 38

19K 1.1K 313
                                    

ENJOYYYY

---------

Menghela napas lelah, sudah terhitung sepuluh hari aku tidak menemukan Natalie. Aku sudah mencarinya kemana-mana.

Di sekitar hutan, tidak ada. Di kampus, tidak ada. Begitu pun di apartemennya, tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.

Kamarnya pun terlihat gelap dengan kasur yang masih tertata rapi, ku yakin Natalie memang tidak pulang ke sana. Apalagi setelah mengetahui bahwa aku memata-matai tempat tinggalnya, hal yang aneh jika dia masih menempatinya.

Dan hal itu berhasil memperkeruh pikiranku. Kepalaku kini terasa berat dengan mata yang mengantuk.

Tidak ku duga, kehilangan Natalie mempengaruhi semangat hidupku, aku tidak niat menjalani hari. Jangankan untuk tertidur, sekarang saja aku masih ingin mengelilingi hutan untuk mencari keberadaannya.

Hatiku tidak tenang.

Jam yang menunjukkan pukul sebelas malam tidak membuatku mengantuk sama sekali. Aku hanya menginginkan Natalie.

Kalau saja dia ada di sampingku, pasti akan lebih mudah untukku tertidur. Ditambah lagi aroma tubuhnya yang sangat wangi, aku mulai merindukannya. 

Masih terlarut dalam pikiranku sendiri, tiba-tiba saja sepasang tangan memeluk perutku dari belakang, membuatku sontak menoleh. Natasha.

Wajah cantiknya menatapku prihatin dan elusan tangannya di perutku terasa lembut, berusaha menenangkan. Yang anehnya tidak merubah apa-apa, aku masih tetap cemas dan overthinking

Pikiran-pikiran buruk apa yang terjadi pada Natalie di hutan memenuhi pikiranku. Sungguh, aku hanya ingin menemukan wanitaku selamat dan tidak ada pria lain yang mendekatinya.

Akan ku bunuh semua pria yang berani menyentuhnya!

"Sudah, Al, tidak perlu kau pikirkan lagi. Bukankah kau sudah berjanji jika mate-mu tidak sesuai harapan, kau akan kembali padaku?" tanya Natasha dengan memelas.

Tanpa aba-aba pula tangannya masuk ke dalam bajuku, seakan sengaja ingin mengelus kulitku secara langsung. Bulu kudukku merinding, merasakan ketidaknyamanan.

Dulu, kami memang terbiasa seperti ini. Jangankan hanya tangannya, seluruh tubuhnya saja aku sudah pernah melihatnya. Akan tetapi itu cerita lama, aku lupa bagaimana rasanya disentuh pertama kali.

Berbeda saat bersama Natalie, dia mana mau memulai duluan. Wanitaku sangat sombong dan pelit, selalu saja aku yang harus membujuknya. 

Mengingat wajahnya yang selalu memohon untuk ku lepaskan, membuatku semakin ingin mengurungnya. Entah mengapa semakin ditolak, aku malah merasa semakin menantang.

Mendengar ucapan Natasha, keningku mengerut bingung. Tidak sesuai harapan?! Natalie bahkan jauh lebih baik dari harapanku.

Tidak muluk-muluk, aku hanya menginginkan seorang mate yang bisa membuatku menjadi diri sendiri. Aku baru sadar jika sifat manjaku hanya keluar saat bersama Natalie. Aku selalu ingin memeluknya dan menatap wajahnya yang penuh ekspresi, hanya dengan membayangkannya saja sudah terasa menyenangkan.

"She's perfect, aku tidak mau mendengarmu berbicara seperti itu lagi, Nat!" tegasku, tidak mau ada bantahan.

Sekilas dapat kulihat wajahnya yang terkejut dengan mata terbelalak. Tangannya menarikku ke arah kasur dan mendudukkanku di sana. 

Saat ini kami sedang berada di kamarku. Melihat banyak foto Natalie di dinding, aku seperti merasakan keberadaannya di sini. 

"Tunggu, kau serius menyukainya? Aku sudah pernah menceritakannya padamu. Dia sangat buruk, Al, tidak pantas untukmu. Apa kau tidak tahu seberapa banyak prianya? Ew jalang murahan!" sinisnya dengan menepuk-nepuk pipiku, menyadarkan.

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now