BAB 26

35.1K 2.2K 246
                                    

ENJOYYYY!!

--------

Alex POV

"Al, j-jangan disini, malu," rintih Natalie dengan merdunya di telingaku.

Wajahnya merah padam dan pandangannya menyamping, tidak mau menatapku. Tubuhnya yang ku kurung hanya terdiam dengan deru napas yang memburu.

Melihat dress-nya yang kurang bahan seperti itu rasanya aku mau marah. Kulitnya yang mulus terpampang jelas dari bahu, pertengahan dada, hingga pahanya.

Ditambah lagi dengan lekukan baju yang terlihat cantik dan pas di tubuhnya.

Aku benar-benar tidak suka saat semua orang menikmati bentuk badannya. Natalie hanya milikku.

"Ayo kita makan, Al! Disini sepi, aku akan menjaga agar tidak ada orang yang melihat kita. Natalie tidak akan bisa minta tolong pada siapapun, rawrr," ucap Rolf dengan menggeram, tidak sabar.

Tentu saja aku tidak mempercayainya. Ku yakin bukannya menjaga, Rolf hanya akan menatap Natalie dengan kagumnya. Sama sepertiku.

Mataku berkabut hanya dengan memikirkan tubuhnya yang naked. Setiap inci badannya seperti terekam jelas di otak, akan tetapi aku tetap ingin melihatnya lagi dan lagi.

Seiring dengan ucapan Rolf, wajah Natalie terlihat semakin gelisah dan takut, sirat matanya seperti sedang melihatku sebagai om-om mesum.

Tidak, ku yakin bukan karena ketakutan. Natalie pasti tengah kagum dengan wajahku.

 Natalie pasti tengah kagum dengan wajahku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jelas sekali, aku tampan.

Sontak senyumku pun terbit dan mendekati wajahnya yang selalu menghindar. Kadang kala, rambut panjangnya menghalangi muka cantiknya dari pandanganku. Aku tidak menyukainya.

Dengan sigap, ku taruh rambutnya ke belakang telinga. Jarak kami sangat dekat sekarang, bahkan aku bisa merasakan napasnya yang harum, menghembus ku.

Keningnya mengerut dan matanya menatapku, menelaah.

"Kau masih sakit, Al?" Tanya nya dengan nada khawatir.

Tidak ada lagi ketakutan di sana, Natalie malah mendekatkan tangannya pada pipiku, seakan sedang mengecek suhu tubuh. Alisnya menyatu dan bibirnya mengerucut, tidak suka.

"Iya kau masih sakit, badanmu panas sekali. Seharusnya kau istirahat di rumah! Kenapa malah menyusul ku?! Apa kau tidak ingin cepat sembuh, huh?" omelnya dengan mendorongku, menjauh. Wajahnya tampak sangat sebal dan dia memukul dadaku kencang, yang tidak berasa sakit sama sekali.

Berbeda denganku yang masih mematung, kebingungan. Ini pertama kalinya aku melihat Natalie khawatir. Biasanya gadis itu hanya cuek dan menunjukkan sikap tidak pedulinya. Kemajuan, bukan?

Rasanya badanku menghangat, bukan karena sakit, akan tetapi karena perhatian ayang. Tanpa sadar pula senyumku melebar dan pipiku memerah, cepat-cepat aku melihat ke arah lain selain Natalie. Yang ku tahu perutku terasa geli.

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now