4.benih-benih kebencian

68 27 8
                                    

Keesokan harinya, semua santriwati melaksanakan aktivitas seperti biasanya kecuali sha. Gadis itu masih tertidur sontak membuat sari harus membangunkan nya.

"Sha bangun, mandi terus ngaji. " sari menggoyang-goyangkan lengan gadis yang tertidur lelap itu.

"Ck, bentar lagi bund. "

"Sha, ini saya sari. "

Sha membuka matanya dan sedikit mengucek matanya lalu benar saja ia melihat sari yang berada di hadapannya, ia lupa kalau saat ini berada di pesantren.

"Ganggu tau gak lo!? " kesal sha.

"Maaf kalau saya menggangu, tapi kamu harus bangun, mandi terus kita ngaji. " ucap sari.

"Kita? Lo aja kali. "

"Shaa... "

"Ck, iya,iya. udah sonoh lo duluan. " usir sha.

"Yaudah saya duluan ya. " sari meninggalkan sha yang masih menahan ngantuknya.

"Tidur lagi lah gua. " baru memejamkan mata ada yang berdeham sangat keras.

Ekhem! Deheman itu berasal dari luar.

Sha yang kesal pun keluar dengan perasaan kesal "apaan sih lo!? "

"Apa? " balas daffa datar dan sangat Berdemage.

Sha memutar bola matanya malas "udah deh gua gak mau debat sama orang kayak lo. " ia berbalik badan.

Tapi di hentikan oleh daffa dengan cara menghalanginya "mandi dan ngaji. " ucap gus daffa tegas.

Mau se-tegas apapun daffa, kelakuan sha gak akan berubah karena dirinya pun sama halnya, tegas.

"Gua bilang sekali lagi gak mau! " kini sha tak mau kalah tegasnya.

"Saya lapor ke kyai. "

"Silahkan. " tantang sha dengan wajah datar.

"Baru pertama kali saya bertemu perempuan aneh seperti dia" ~batin daffa.

"Saya gus di sini, saya yang mengendalikan pesantren ini. Jadi kamu pergi mengaji atau kamu akan saya laporkan ke orang t-"

"Oke, fine. " potong sha " dasar cepu! " lanjutnya lalu masuk ke dalam.

Beberapa menit kemudian, saat ini sha sudah ber siap-siap untuk pergi mengaji dari pada ia harus di laporkan ke kedua orang tuanya, lagi pula dirinya harus bermain cantik.

Ia berjalan ke arah tempat semua santri mengaji, dengan mengenakan baju muslim berwarna hitam di tambah jaket kesayangan nya, dan tak lupa pula membawa beberapa buku dan Al-Quran di tangannya.

Mata hitam tajam, buku mata lentik dan sikapnya yang terlihat sangat cool membuat para santri memperhatikan nya.

Sha berhenti sejenak, memandangi lingkungan pesantren dengan wajah sulit di artikan.

"Yang di luar segera masuk. " ucap ustadzah yang ada di dalem, sepertinya dia tau kalau sha baru saja datang.

Dengan berani ia masuk ke dalam tanpa berdosa sama sekali, padahal dirinya sangatlah telat apalagi ini sudah jam 09:30.

I'M DAREES || perjalanan hidup [end]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ