18.baikan

39 19 2
                                    

Sudah 2 hari daffa selalu mendiamkan areesha membuatnya sangat lelah dengan semuanya ia tidak tau apa penyebab suaminya itu sehingga mendiamkan sha setiap kali ia bertanya.

Hari ini adalah hari weekend, sha dan eliz akan pergi ke sebuah perpustakaan untuk membeli buku kitab tapi sebelum itu sha harus meminta izin kepada suaminya dulu.

Setelah sarapan pagi di rumah, ia melihat suaminya pergi ke kamar mandi entah mau apa tapi ia harus menunggu suaminya untuk keluar.

Beberapa menit kemudian pria itu keluar dan sudah melihat sha yang berada di depan pintu kamar mandi, daffa menaikan satu alisnya seolah-olah ia bertanya apa yang dilakukan istri nya itu sehingga berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Aku mau bicara sama mas. " ucap sha datar, daffa pun mengangguk dan mereka berbicara di ruang tamu.

Saat di ruang tamu sha belum juga membuka suaranya, ia masih terdiam.

"Ada apa? "

"Aku mau minta izin sama mas. "

"Kemana? "

"Ke perpus tidak jauh dari pesantren. "

"Sama siapa? "

"Eliz."

"Kenapa harus dengan eliz?, saya ada di sini. " ucap daffa.

"Mas terus mendiamkan ku. "

Daffa mengernyitkan alisnya "saya tidak mengerti. "

Sha menghela nafas sabar, ia tak menyangka padahal dirinya hanya bertanya dapat izin atau tidak, tapi daffa malah basa-basi membuat sha mendengus kesal.

"Huft, saya hanya ingin meminta izin. mas langsung saja mengizinkannya atau tidak? "

"Kalau saya tidak mengizinkannya apa kamu tetap pergi? " bukannya menjawab daffa malah bertanya balik pada sha.

"Kenapa mas baru bilang? Di saat aku sudah marah. " Sontak dengan kesal sha berdiri dengan raut wajah kecewa, apa tidak boleh keluar bersama anggota keluarga nya hanya untuk ke perpus?.

Kenapa tidak dengan dirinya? daffa saja selalu mendiamkan sha saat ia sedang bertanya.

Areesha pun kemudian berlari menuju kamarnya, sedangkan pria itu menghela nafas berat, apa yang telah ia lakukan? Apa ia terlalu berlebihan pada istrinya itu? Memang benar istri harus meminta izin kepada sang suami. Tapi jika sang suami tidak mengizinkannya apa seorang istri tidak kecewa? Padahal hanya ingin pergi ke perpustakaan bukan ke club!

Daffa pun menyusul istrinya yang pergi ke kamar, setelah sampai di kamar terlihat sang istri sedang menangis sembari duduk di samping ranjang.

"Jangan menangis. " ucap daffa yang tidak tega melihat istrinya menangis.

Sha pura-pura tidak mendengar perkataan pria itu, ia menghapus air matanya lalu tatapannya terarah ke arah luar jendela melihat beberapa santriwan yang sedang duduk santai di bawah pohon.

"Tidak baik memandangi pria yang bukan mahram. " ucap daffa sedikit menegur istrinya yang melihat beberapa santriwan.

Sekali lagi wanita itu pura-pura tidak mendegar, ia tetap diam. Jujur saja sebenarnya ia tidak memandangi para santriwan di luar sana melainkan ia melihat langit-langit dengan tatapan kosong.

"Maaf. " satu kata yang daffa ucapkan sembari duduk di samping sha namun wanita itu tetap diam.

"Maa-"

"Tidak perlu minta maaf, seharusnya aku yang minta maaf. " ucap sha tanpa menatap pria itu.

"kamu diemin aku, pasti penyebab semuanya itu aku kan? Sampai aku nanya aja kamu gak jawab. " lanjutnya.

I'M DAREES || perjalanan hidup [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang