Kerinduan

2.2K 95 22
                                    

Mentari pagi yang keemasan menabrak jendela kamar Frankenstein yang diselubungi tirai tipis putih. Cahayanya merangkak masuk dan memantul di bening mata birunya, membiaskan bayangan daun di antara wajahnya yang bertampang dingin dengan merangkul kedua jemarinya di dagu, bertumpu pada kedua pahanya yang mengenakan celana kain berwarna cream. Kesunyian itu terasa membenamkannya untuk beberapa detik, hingga pun ia lupa berkedip.

Tak berapa lama dirinya bangkit, menuju meja rias di seberang ranjang, menatapinya penuh arti. Saat anak jemarinya yang pucat membuka laci meja, ada banyak jepit rambut aneka model dan bentuk. ia meraih salah satu jepit rambut berwarna ungu dengan model kupu-kupu. Digenggamnya penuh arti sambil menghelakan nafasnya dalam.

"Belakangan aku tidak tahu kenapa selalu ingin membeli barang-barang seperti ini. Bukan karena aku suka, tapi kupikir dia akan suka" imbuhnya

Ketukan di pintu mengamburkan kesan sepi itu segera.

"Ada apa?"

"Ada kiriman untukmu bos" suara sahutan itu dari balik pintu yang menggema ke cabang-cabang tembok

"Aku akan ke sana!" ia meletakkan kembali jepit itu, lalu lanjut berjalan ke ruang tamu. Seperti biasa, para penghuni rumah sedang duduk santai di ruang tamu sambil meminum teh dan kudapan kecil. Langkahnya panjang beranjak ke pintu. Di sana sudah berdiri seorang kurir pria bertopi merah dengan beberapa tas belanja dan kotak-kotak besar tersusun hampir menutupi wajah tuanya.

"Anda Tuan Frankenstein?" kata pria tua bermata sipit itu sambil mengintip dari celah kotak di genggamannya

"Benar"

"Silahkan tanda tangan bukti terima ini" kata pria itu lagi dengan sedikit kesulitan, sambil menyodorkan sebuah kertas padanya. Frankenstein meniliknya sedikit lalu bertandatangan, dan semua barang itu ia masukkan ke dalam rumah. Semua sibuk mengamatinya, saat beberapa keranjang tas dan kotak itu di letakkan di atas kursi dekat Tao. Ia yang penasaran pun mengamatinya.

"Bos, apa boleh aku melihat isi kotak ini?' katanya meunjuk kotak coklat tua dengan tulisan bersulam berwarna kuning keemasan

"Buka saja!" katanya sambil duduk di dekat Seira dan Regis bersama Raizel yang menikmati teh di depannya.

Tao menarik kotak tersebut dalam pangkuannya, membuka kotak yang tertutup kain transparan berwarna putih, sebuah tas tangan berwarna merah muda berbahan kulit menyingkap. Takio, Regis, Seira, dan M21 kompak melirik

"Ini tas?" kata Tao sedikit tak percaya

"Memangya kau pikir apa?"

"Kikira ini bahan penting untuk penelitian"

"Aku tidak akan membeli barang penting yang akan di antarkan kurir" balas Frankenstein santai

"Benar juga. Lalu, tas ini untuk siapa?" sontak saja pertanyaan Tao itu membuat semua orang melirik tajam padanya, ia menjadi gerogi seketika itu

"Ah, aku, maksudku..." kata Tao gugup sambil menggaruk tengkuknya

"Hati-hati, jangan sampai tas itu tergores" Frankestein acuh saja pada pertanyaan itu

"Aku tahu, ii pasti sangat penting untukmu" katanya lagi lalu menutup kembali tas itu

"bukanya penting bagiku, tapi harga tas itu cukup membeli 1 rumah di kawasan Gangnam,atau 2 mobil baru" Takio, Tao dan M21 membelalak tak percaya

"Semahal itukah?" sergah Takio

"Padahal itu Cuma sebuah tas" komentar Tao lagi

"Untuk mendapatkan tas itu, bukan hanya tentang uang, tapi keberadaan benda itu yang sulit di dapat, untuk mendapatkannya aku sampai harus menunggu 1 tahun"

"Di sana ada 3 kotak" komentar Seira

"Membeli dalam waktu yang sama, meski cukup membuang uang tapi tidak perlu menunggu lama"

"Kudengar berlian lebih bagus sebagai sebuah invstasi"

"Itu benar" kata Tao menyetujui M21

"Zhill adalah seseorang yang percaya kalau semua batu di dunia ini menyimpan hantu dan kutukan" Raizel mendadak berkomentar, membuat orang-orang kemudian mengangguk

"Itu benar" setuju Frankenstein tak habis pikir dengan pemikiran Zhielle

"Jaman dulu, kami pernah di minta menjaga sebuah batu,orang menamainya air mata dewa. Tapi Zhill bilang batu itu akan membuat orang menangis seperti dewa, dengan kutukannya. Dia mengatakan semua itu pada orang-orang di Lukedonia. Ada yang mempercayainya, ada juga yang menganggap dia berlebihan. Beberapa kali dia mencoba membuangnya, sampai batu itu dipindahkan ke mansion lord"

"Itu sangat memalukan" diakui oleh Frankenstein

"Sepertinya kau terlalu memanjakannya" lanjut Raizel lagi berkomentar

"Saya tidak begitu memeperhatikan hal itu" timpal Frankenstein sedikit canggung

"Aku dan Zhill sangat dekat tapi dia jarang bersikap manja padaku, mungkin karena aku seorang laki-laki dan bersikap terlalu kaku padanya. Tapi saat melihat dia beberapa waktu belakangan, dia benar-benar kehilangan sifat mandiri dan sepenuhnya bergantung padamu" tatapan Raizel seketika membuat Frankenstein tak nyaman, ia hanya tersenyum kecil menutupi rasa gugupnya.

"Dulu Zhill itu..." bayangan masa lalu tergambar di mata dingin Raizel, saat masa-masa yang ia habiskan bersama Zhill "Dia dulu sangat pemarah, tapi juga sangat riang saat bersamaku. Dia tidak memiliki teman, setahuku memang begitu, karena Zhill selalu bilang, dia tidak akan menikah dan memilih hidup denganku selamanya," Raizel berdiam diri sejenak, sementara semua orang hanya mendengarkan dia bicara "Aku bukan tidak pernah menerima pernikahan kalian berdua, aku hanya menyadari bahwa cinta Zhill tidak sebesar dulu lagi padaku. Bagaimanapun, di masa lalu hanya ada kami berdua, Zhill hanya mengetahui bahwa aku satu-satunya orang yang bisa menjaganya, walaupun sepertinya sebaliknya"

"Tuan" ucap Frankenstein lirih

"Aku ingin kembali ke Lukedonia!"

"Saya akan mempersiapkan semuanya" Raizel pun beranjak pergi dari ruangan itu dan meninggalkan semua orang terpakku.

Malam harinya,di beranda luar sambil memandangi bintang, Raizel memangu sedih. Saat itu, tanpa sengaja Frankenstein berlalu dari balik pintu, ia terhenti sejenak dan megamati Raizel, seakan mengerti perasaan tuanya itu ia mendekatinya dan berusaha menghibur.

"Tuan" mata Raizel melirik dari sudut matanya beberapa detik, setelah itu ia melemparkan lagi pandangannya ke arah langit

"Kita akan berangkat besok, saya sudah mempersiapkan semuanya untuk keberangkatan kita"

"Siapa yang akan ikut besok?" lirihnya

"Saya meminta Tao, Takio dan M21 berjaga di sini. Kalau-kalau organisasi kemudian bergerak lagi secara diam-diam, Regis dan Seira memilih tinggal untuk keperluan sekolah" suasana kemudian menjadi sepi sekali lagi, mereka berdua hanya terdiam.

"Saat itu, saat Zhill terjebak kontrol pikiran, aku melihatnya. Dia bergetar, menggigil ketakutan, dan berusaha menghentikan dirinya sendiri. Saat itu aku berpikir keras. Apa yang harusnya aku lakukan. Aku tidak bisa menempatkan diriku sabagai seorang Noblesse, jika aku melakukan itu, aku akan membunuh Zhill, tapi jika tidak melakukan apa-apa, hal yang terjadi adalah sebaliknya. Bukan kemudian karena aku takut mati, tapi aku terjebak antara tanggungjawab atau tugasku. Selama ini aku bisa melakukan tugasku sebagai Noblesse, tapi tidak dengan tanggungjawabku sebagai kakak Zhill. Aku tidak pernah berpikir bahwa dia melakukan segala hal untuk melindungiku. Saat terakhir itu pun dia tetap melindungiku dan hanya mengatakan 'maaf' sebelum dia sendiri memilih mengakhiri langkahnya sendiri, karena dia tahu aku tidak akan bisa" Frankenstein hanya berdiam sambil mendengarkan kata-kata Raizel. Tuannya itu lalu berbalik punggung, menatapnya serius

"Karena ada kau sekarang bersamanya yang bisa membagi lebih banyak hal. Aku berharap kau bisa menjaganya, bahkan dari diriku sendiri"

Seketika itu juga Frankenstein terhenyak dengan permintaan Raizel, butuh beberapa lama baginya menyerna ucapan dari pria yang berdiri di hadapannya.

"Saya mengerti, tuan!" katanya sambil menundukkan kepalanya menunjukkan rasa penghormatan yang dalam.


Lanjutan part kemarin masih disimpan, biar pada penasaran gitu, kira-kira ending ceritanya kayak gimanan... hahahah :V

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Where stories live. Discover now