Bertemu Lascrea

929 68 7
                                    

Frankenstein memeluki tubuh Zhielle erat, menciumi wangi tubuhnya yang begitu lama ia rindukan. Wangi seperti melati yang habis tersapu hujan, basah dan lembut. Wangi yang mampu membuatnya tenang sekaligus hanyut, seperti seorang anak kecil yang kemudian menemukan ketenangan dalam buaian ibunya. Matanya mulai sayu setengah memejam.

"Aku perlu tidur" gumamnya. Zhielle menyapu lembut rambut keemasan sepundaknya, sambil memandangi dengan penuh perhatian.

"Benar, kau pasti lelah? Tidurlah!" kata Zhielle berurai lembut membisik ditelinganya, merambat pelan naik sampai ke pikirannya. Ia makin merapatkan dirinya dalam pelukan gadis bergaun hitam itu.

"Saat aku bangun, apa kau akan pergi?" bibir Zhielle kembali mengecup lembut rambutnya, sambil mengusap-usap punggungnya seperti seorang ibu tengah menenangkan anaknya yang tengah merasa gusar. Helain kemerahan rambutnya jatuh menutupi wajah Frankenstein yang bergeming.

"Tidak... Aku tidak akan kemana-mana, aku akan selalu di sisimu, selalu..."

"Kau suka, berbohong... Zhielle senang berbohong..." samar-samar matanya makin menutup rapat tak kuasa menahan kantuk, hingga pelukan lengannya melonggar dan kepalanya jatuh terkulai dalam rengkuhan lengan Zhielle. ia meletakkan kepalanya di atas pangkuannya sambil bersandar pohon cemara yang berdaun jarang, dari sela daunan yang longgar, Zhielle memandangi langit yang cerah dengan beberapa kumpulan burung lalu dan mengipas riang sayapnya, hanya beberapa lama ia menghayati hingga tubuhnya juga merasa berat dan jatuh tertidur.

Cuaca terik siang tadi perlahan mengendur dan makin sejuk, hingga aneka binatang hutan mulai berkeliaran dengan semangat. Beberapa rusa berlari dan menginjaki rantingan kering, hingga bunyi patahnya mulai menganggu kelopak mata Frankenstein. Ia mulai mengernyit resah dan menggeleng kecil. Satu, dua detik kemudian ia membuka pelan iris matanya yang berwarna seperti warna genangan laut. Masih sedikit bingung dengan pandangan berembun yang berat, saat wajah Zhielle menyabutnya dengan seutas senyum seperti purnama sedang melengkung dilangit. Tapi, purnama itu bukan di malam hari, tapi di sore hari, bukan di atas langit tapi berdiam di atas kepalanya.

"Kau terlihat sangat manis saat sedang tidur" puji Zhielle. frankenstein bangkit perlahan dan duduk sejenak untuk memperoleh sepenuhhnya kesadaran yang hilang akibat tidur pulasnya.

"Jangan menggodaku" sergahnya sedikit canggung dengan membuang muka

"Apa kau sedang malu? Aku rasa pipimu merah" goda Zhielle sambil mengamati wajahnya dari arah yang begitu dekat sambil terus tersenyum gembira mengamati wajah kaku Frankenstein. Mendadak wajah itu berbalik dan memandangi matanya lekat-lekat. Zhielle membeku sementara Frankenstein diam saja, kekakuan itu hilang dari raut wajahnya berganti sorot mata serius yang memukau. Ia mendekatkan wajahnya perlahan ke arah Zhielle yang menelan ludah dengan sorot mata dan ekspresi wajah penuh harap. Nafas mereka saling beradu, meski sesekali di hembus angin, tapi bekas aromanya bergantung sesaat di hidung mereka.

"Apa kau mengharapkan sesuatu? Kenapa wajahmu merah?" sergah Frankenstein sambil menyentil pelan dahi Zhielle. gadis itu mengernyit sambil memegangi keningnya dengan wajah ditekuk.

"Bersikaplah manis!" protesya. Namun Frankenstein acuh saja. Ia bangun perlahan dan merapikan pakaiannya, menyekanya dari rumput yang menempel pelan di jas hitamnya.

"Kau bilang kau ingin menemui lord?" Frankenstein mengulurkan tangannya yang pucat ke depan wajah Zhielle, menghilangkan raut wajahnya yang barusan masam. Ia meraih dan menggenggamnya erat, kemudian bangkit sambil merangkul lengannya.

"Benar, karena tidur aku jadi hampir lupa" zhielle kemudian menepuk pelan punggung Frankenstein utuk merontokkan helaian rumput yang menempel di sana.

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang