Part C

780 58 8
                                    

Apakah part sebelumnya rada dewasa? perlu komen!! Kalau dewasa biar di labeli sekalian.. wkwkwk


Malam itu angin berembus lebih cepat dan kencang dari biasanya. Aku menunggu di tangga hotel karena Frankenstein memintaku. Aku tidak tahu kenapa kami keluar menjelang pagi buta seperti pencuri. Dia hanya memintaku ikut dengannya tanpa tahu akan kemana dan aku selalu mengikutinya. Malam ini tak ada bintang sama sekali, langit gelap, rasanya ada bau mendung dan mungkin sebentar lagi hujan.

"Ayo ikut" aku terbangun dari lamunanku. Frankenstein dalam balutan baju katun hitam dan celana kain coklat muda berdiri dengan sebuah sepeda yang memiliki dua pengayuh. Aku terpaku menatap mukanya, cahaya lampu dari hotel memantul ke arah biru matanya. Aku selalu berpikir kalau pantai terasa begitu dekat dengannya.

"Kita akan kemana?"

"Sudah, naik saja!"

"Bagaimana kalau saat kita pergi lalu hujan turun?"

"Hujan tidak akan turun di musim panas!"

"Tapi!" dia menyentil alisku, mukanya tidak pernah ramah saat aku menimpali atau menolak keinginannya, tapi saat dia yang menolak keinginanku dia tidak pernah merasa bersalah.

Kami mengayuh sepeda itu bersama-sama dan melintasi jalan hotel yang sedang berjaga beberapa orang laki-laki yang membukakan gerbang. Bau asin menyeruak di udara. Angin sejuk dari awah pantai menyentuh kulitku. Rasanya lembut dan penuh ketenangan. Lampu penerangan menyala sangat terang dengan banyak warna. Busan mirip Seoul, tapi sedikit lebih lengang saat menjelang pagi. Kami terus mengayuh sepeda, rasanya menyenangkan. Aku tidak tahu kalau menaiki sepeda bisa begitu menyenangkan. Tapi kaki Frankenstein yang panjang melajukan sepeda putih ini lebih cepat, sedangkan karena kakiku pendek, aku merasa berjalan lebih lambat.

"Akhir-akhir ini kau sering tidak mau menurut padaku. Kenapa kau jadi anak yang nakal?" katanya bersama suara angin yang sampai begitu cepat ke telingaku

"Aku tidak nakal! Aku menurut padamu!"

"Tidak, kemarin kau nakal dan hari ini juga kau nakal. Apa kau sedang menunggu seseorang menghukummu?"

"Apa kau akan menghukumku?"

"Tentu, aku akan memukul pantantmu kalau nakal!"

"Apa kau sedang menghukum anakmu paman?"

"Iya anak ku yang sangat nakal!" aku tertawa mendengar ucapannya. Akhir-akhir ini dia benar-benar seperti lelaki yang bertingkah manis, berbeda jauh sekali dengan sebelumnya. Aku pikir saat aku pergi dia merenungkan banyak hal dan tidak lagi menjadi orang dewasa.

Kami berhenti di tengah jalan dan memarkir sepeda di depan sebuah minimarket 24 jam. Hujan benar-benar turun dengan sangat deras, kami menunggu di depan minimarket sebentar dan berharap hujan reda, tapi kelihatannya selama setengah jam kami berdiri, hujan masih berbunyi sama. Dengan berat hati untuk Frankenstein yang menunjukkan wajah kecut kami masuk ke dalam dan duduk di depan sebuah meja panjang yang menghadap jendela besar sambil menatap tetesan air yang beriringan tanpa terputus. Jalanan di luar hanya ada lampu penerang jalan yang menyala dan deretan rumput hijau yang bergoyang terkena hujan.

"Di saat seperti ini kenapa malah hujan?" aku melirik mukanya yang sedang protes sambil bertopang dagu dengan muka kusut.

"Aku suka hujan" kataku

"Kau suka semuanya!"

"Aku juga suka padamu! Hari ini kau sangat tampan. Boleh aku tahu sejak kapan kau sangat tampan?" aku berdiam dan menunggu reaksinya. Bermaksud sedikit menghiburnya. Aku dengar laki-laki juaga akan senang ketika di puji. Tapi dia diam saja, jadi aku lanjutkan saja "Aku ingin tahu, Tuhan menciptakanmu dari apa, sampai kau setampan ini" mata yang biru itu memandangku. Ada sebaris kecil senyum tipis yang mendadak ia hilangkan

"Kau sedang merayuku nona?"

"Iya, apa aku berhasil?"

"Sayang sekali, kau menggoda seseorang yang sudah menikah"

"Ah" kataku kecewa "Isterimu pasti sangat cantik dan baik"

"Jangan menggunakan kesempatan itu untuk memuji dirimu sendiri!" aku tertawa sekali lagi dan mukanya kembali seperti semula, tanpa senyuman.

Mendadak perutku merasa lapar, jadi aku memesan dua cup ramyeon. Kudengar saat hujan, perut akan mudah merasa lapar. Aku tidak tahu apa Frankenstein akan suka atau tidak, tapi tak masalah jika aku menawarkan padanya. Kuletakkan cup mie yang masih panas itu di depannya dan sebotol air minum segar. Dia hanya memandangku sekilas saja dan aku tersenyum. Kukira dia tak akan mau menyantapnya, ternyata dia memakannya cukup lahap. Kami duduk berdampingan dan memakan ramyeon bersama. Hujan ini sangat indah dan aku terharu bisa bersamanya, aku kira aku akan mati dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Wajahnya berbalik memandangku dan buru-buru kuseka mataku dan tersenyum lagi padanya.

"Kau kenapa? Apa kau menangis karena bosan menunggu?"

"Aku tidak menangis!" kataku mengelak.

"Jangan bohong, tadi aku melihatmu menangis" nafasnya membuang dengan berat "Seharusnya aku tidak mengajakmu keluar saat ini"

"Tidak, aku tidak menangis karena itu. Aku hanya sangat berterimakasih bisa melihatmu sepanjang waktu. Aku tidak peduli kemana pun dunia itu, selama aku bisa sedekat ini denganmu aku akan sangat gembira. Terimakasih, aku juga akan berterimakasih pada Tuhan lebih sering lagi!" kataku dan jemarinya menyentuh kelopak mataku dan kemduain menggenggam tanganku dengan jarinya yang hangat

"Jangan cengeng seperti itu, atau aku tidak akan membelikanmu susu coklat"

"Tolong beri aku sekotak susu coklat" katanya pada pegawai minimarket. Dia mengelus kepalaku sampai aku menghabiskan sekotak susu coklat itu. tak berapa lama,hujan berhenti dan kami bisa pergi. Aku berterimakasih juga pada dua orang pelayan pria dan wanita malam itu.

Sepeda kami terhenti di depan pantai bau laut dan gema ombaknya benar-benar serasai ketika aku memijakkan kaki di bawah pasirnya yang lembut dan menggelitik. Frankenstein melepaskan tanganku dan beralih ke sudut lain sambil membawa sesuatu.

"Kembang apinya tidak akan bisa dinyalakan. Sudah basah terkena air!" katanya sambil membawa sebuah kotak berwarna putih.

"Kembang api, apa kau membawanya untukku?"

"Tidak juga!" katanya dan meletakkan kotak itu di depan kakinya "Sayang sekali" lanjutnya

"Hari ini sangat menyenangkan. Amat sangat menyenangkan... sangat" kataku sambil tersenyum. Aku tidak bisa menghiburnya selain menghadiahi senyum sederhana, meski aku pikir ia tidak akan merasa baikan melihatku seperti itu.

"Lihat!" katanya dan menunjuk ke arah gasis tengah laut yang membentang sangat luas dan gelap, tidak biru seperti biasanya. Garis kekuningan matahari menanjak pelan ke langit, warnanya berkilau, bercermin dan memantul seperti warna kunang-kunang di air yang bergerak maju

"Indah sekali" ujarku. Aku melirik ke arahnya dan tatapan matanya sedang mengurungku di dalam bayangan biru irisnya yang cerah. Aku terdiam tanpa tahu akan bicara bagaimana. Jemarinya berada di pipiku bahkan sebelum sempat aku menyadarinya di sana. Dia mengecup pipiku dan kemudian memelukku, tubuhnya sangat hangat dan harum. Wangi tubuhnya selalu berhasil mencuri ketenanganku.

"Aku mencintaimu" kataku

"Aku tahu katanya"






Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Where stories live. Discover now