Kesialan Frankenstein Part 1

598 47 13
                                    

      Dalam perjalanan pulang siang tersebut, baru setengah jalan, mobil yang mereka naiki mendadak mogok. Dari spidometer yang berada di dekat dasbor, nampak lampu berwarna merah menyala menandakan bahan bakar yang ada di mobil tersebut telah habis. Dengan raut wajah setengah tak percaya, Frankenstein merogoh saku jasnya untuk menemukan ponsel miliknya.

Ketika menyalakan layar ponsel, baterai di ponsel tersebut juga habis. Raut mukanya berubah pucat seketika.

"Ada apa?"

"Bensinnya habis, ponselku juga mati. Apa yang harrus kita lakukan sekarang?"

"Entahlah!" ucapan Zhielle yang acuh membuat Frankenstein melirik ke arahnya.

"Apa kau bisa bersikap sesantai itu?"

"Apa aku harus menangis?" gadis itu lalu membuka pintu mobil, dan beranjak keluar, diikuti Frankenstein kemudian.

"Aku akan berjalan kaki saja"

"Kau kira jarak dari tempat ini ke kota berapa kilometer?" Zhielle yang terpaku memandangi pemandangan bukit hijau dengan hamparan laut yang biru balas menatap Frankenstein.

"Saat dulu kita meninggalkan Lukedonia bukankah kita juga berjalan kaki sangat jauh, kenapa sekarang kau jadi banyak mengeluh? Aku rasa teknologi membuatmu sedikit manja" ia berjalan lebih dulu meninggalkan Frankenstein yang mendesis kesal.

"Dia kira dengan siapa dia bicara?" gumam Frankenstein mengunci mobil sebelum kemudian berjalan cepat menyusul langkah Zhielle yang nampak santai sambil menikmati anngin laut dan pemandangan pantai. Siang itu, langit mendung hingga cuaca tak begitu panas untuk berjalan di atas aspal abu-abu pucat.

"Hai kau" Zhielle melirik sebentar ke belakang punggungnya. Wajah kesal Frankenstein membuatnya acuh.

"Apa, apa kau akan meluapkan rasa kesalmu padaku? Mana aku tahu kalau mobil itu akan mogok, kalau aku tahu aku akan menyuruhmu berhenti dan mengisi bensin" mulut Frankestein mengatup rapat.

"Harusnya kau mengeluh saat ini karena harus berjalan kaki?"

"Aku hanya akan mengeluh saat aku tidak cantik. Hari ini aku merasa cantik, jadi dunia ini sangat indah"

"Apa penampilanmu adalah segalanya?" Zhielle berbalik badan lalu tersenyum.

"Hari ini aku memakai gaun Versace dan Wedges YSL, karena akan berjalan jauh nanti, sepatu ini akan rusak, jadi aku bisa membeli sepatu yang baru. Aku sudah melihat banyak model sepatu bagus dari Christian Louboutin"

"Ah, perempuan ini" keluhnya sambil menarik nafas "Apa kau kira aku akan membelikannya untukmu. Kau kira berapa harga barang yang sedang kau bicarakan itu?"

"Kapan aku tidak mendapatkan apa yang aku mau? Apa kau mau berdebat denganku?"

"Aku akan menggantungmu kalau begitu"

"Begitu. Apa setelah digantung aku akan mendapat sepatu? Tidak apa-apa, apa kau mau menggantung leherku, kaki atau tanganku?" Frankenstein berjalan lebih dulu dengan kesal melewati Zhielle. Sorot matanya memandangi lekat punggung pria tinggi tegap di depannya.

"Apa kau kira kau itu bukan pria mahal? Atasanmu bahkan lebih mahal dari bajuku. Kau membeli semua pakaian rancangan Ralph Lauren, jam tangan Rolex dan celana Armany. Apa aku juga harus menghitung harga sepatumu tuan?"

"Aku mendapatkan ini karena aku bekerja, lagipula untuk apa menyimpan uang kalau tidak bisa digunakan?"

"Aku juga bekerja"

"Kau bekerja apa?" Zhielle lantas berlari menyusul langkah panjang Frankenstein.

"Pekerjaanku adalah untuk menjadi, dan terlihat cantik" terangnya sambil mengerlingkan matanya dengan genit.

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang