Maaf

723 48 14
                                    

Frankenstein sedang duduk sambil menikmati sarapan dan selembar koran di tangannya. Pagi itu, ia nampak menawan dalam balutan kemeja putih, dengan rompi berwarna hitam, blezer dan celana kain berwarna senada. Dari arah pintu Zhielle beranjak ke sisinya dengan gontai. Dia membuang nafas beberapa kali. Penampilannya sedikit berbeda dengan rambut diikat ponytail dan pakaian yang dikenakannya malam sebelumnya.

"Kita punya 30 menit untuk sampai ke sekolah" Zhielle melirik ke arahnya, lalu mengambil sepotong roti.

"Aku merasa sangat jelek hari ini. Baju semalam, rambut tanpa serum, wajah tanpa makeup. Aku merasa seperti sedang ditelanjangi. Di mana aku harus meletakkan wajahku, apa aku sebaiknya pulang? Tidak, di rumah ada Lascrea. Aku tidak mau bertemu dengannya" Frankenstein meletakkan koran ditangannya

"Kita tidak punya waktu, cepat bergegas"

"Aku belum sarapan, kenapa harus buru-buru?"

"Siapa yang menyuruhmu tidur lagi? Kita sudah tidak punya banyak waktu. Kau kira jalan ke Ye Rann dekat? " Zhielle melongo, lalu menggigit rotinya

"Baiklah, ayo pergi!" katanya tanpa tenaga.

Mereka berdua menuju lift bersama-sama. Zhielle masih sibuk dengan kunyahan dua potong roti ditangannya.

"Jorok sekali, kau makan sambil berjalan seperti itu" komentar Frankenstein ketika mereka sampai dalam lift. Selain mereka, juga ada beberapa orang lain di dalam sana. Tapi mereka berdua tak peduli dan tetap melanjutkan obrolannya.

"Kau kan tidak mau menungguku. Kau bahkan bawa baju lain, tapi membiarkan aku memakai baju yang sama. Apa-apaan itu?"

"Kau seseorang yang tidak gampang diingat" bibir Zhielle terangkat dengan raut muka sinis.

"Tidak gampang diingat, kata-katanya menjengkelkan sekali. Penjahat!" gerutu Zhielle diam-diam.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Kau tampan sekali"

"Pembohong"

"Kau harusnya juga suka dikatakan begitu?" pintu lift membuka. dengan tidak peduli, Frankenstein pergi lebih dulu, sedangkan Zhielle harus berdesakan dengan beberapa orang lain yang merangsek masuk dalam lift. Karena terburu-buru, roti dalam genggamannya terjatuh di atas lantai. sepasang matanya berkaca-kaca, sedangkan perutnya masih lapar. Frankenstein yang terburu-buru menengok ke belakang punggung. Melihat Zhielle duduk terpaku di depan sepotong roti putih yang tergeletak di samping lift. Dengan agak malas dia berjalan mendekat ke arahnya.

"Apa yang kau lakukan, sudah kubilang kita buru-buru" telunjuk Zhielle mengarah ke rotinya

"Rotinya jatuh"

"Salahmu sendiri tidak memakannya dari tadi" Zhielle berdiri dengan kesal

"Kau bilang makan berjalan itu jorok, saat rotiku jatuh kau bilang itu salahku karena tidak segera memakannya?"

"Apa kau harus marah hanya karena sepotong roti? Kita bisa membelinya nanti di jalan. Jangan buang waktuku, kau tahu kita ada rapat. Karena kau aku bisa terlambat" Zhielle membuang nafas dari bibirnya. Dalam satu hentakan, dia menginjak ujung sepatu Frankenstein dengan ujung runcing hak sepatunya. Sampai membuat laki-laki itu protes dengan tingkahnya.

"Ada apa denganmu?"

"Diam kau berengsek" dia berjalan meninggalkan Frankenstein yang dipandangi sejumlah orang. Tatapan kesal kemudian dia layangkan

"Apa yang kalian lihat, tidak pernah melihat seseorang bertengkar?" beberapa orang yang melihatnya barusan menjadi ketakutan dan pura-pura tak melihat.

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang