Rindu

1K 79 12
                                    

Malam larut, semakin larut hingga hanya menyisakan kediaman yang mengesankan di langit maupun di atas bumi. Bulan mulai menyeret sinarnya ke puncak semesta, beriringan bersamanya rumpun bintang-bintang yang bertebaran tak terhitung banyak kilaunya.

Suasana beku sekaligus sendu bersekutu mengusik malam. Angin beriringan pelan pelan melewati celah pohon eucarytus, maple, dan cemara. Menggoyang pucuk-pucuk bunga yang telah lelah dalam kuncupnya, bersiap menyemikan diri pada pagi selanjutnya.

Zhielle dan Frankenstein memandang rembulan yang bersinar indah di antara gelap malam dan bintang yang berkilau cerah menghias langit, mereka berdiri berdekatan sambil berpegang pada tembok pagar balkon berwarna abu-abu gelap, tak ada kata apa-apa yang terlintas dari bibir keduanya, hanya angin semilir yang membelai lembut.

Jemari mereka kemudian beranjak saling mendekatkan, saat kedua jemari kelingking mereka saling menyentuh keberadaan masing-masing, mereka kompak berbalik kemudian berpandangan dalam kebisuan, hanya sinar mata mereka yang bicara. Jemari lentik Zhielle bergerak pelan menyentuh lengan Frankenstein yang dibalut jas hitam, mata mereka masih saling adu pandang.

Jari-jari Zhielle menyentuh bahu Frankenstein, kemudian pria tinggi itu lalu melingkarkan lengan kokohnya pada pinggangnya yang ramping, menariknya dalam dekapan dadanya yang hangat, membuat wajah Zhielle menabrak tubuh kokohnya dan menghirup wangi tubuh yang ia rindukan sangat lama penuh penghayatan. Matanya memejam, ke dua jemarinya mencengkram punggung Frankenstein, sementara jantung mereka berbagi debaran yang sama. Beberapa lama hingga mereka kembali saling menatap, bau nafas mereka bertukar, memberi rasa hangat pada wajah masing-masing.

"Apa kau baik-baik saja?" buka Zhielle mengangkat wajahnya, mengamati mata Frankenstein

"Aku sangat baik sekarang. Apa kau baik-baik saja?"

"Tidak, sampai aku bisa melihatmu lagi" wajah mereka saling mendekat, hingga bibir mereka saling merapat, rasa hangat dan lembut yang melintas sesaat lalu melumer. Zhielle menarik wajahnya, menyandarkan dahinya pada dagu Frankenstein

"Apa kau merindukanku?" tanya Zhielle lagi

"Sedikit" balas Frankenstein dengan lembut "Apa kau merindukanku?"

"Aku merindukanmu... Sangat, sampai dalam mimpiku aku selalu melihatmu"

Kembali sebuah ciuman lembut di bibir mereka bertukar sekali lagi.

Zhielle menarik wajahnya, mata mereka masih saling menatap dan mengamati lekat-lekat, sementara angin masih bergulir dan membuai mereka. Zhielle menyentuh puncak alis Frankenstein, menuruni matanya, perlahan ke hidung tingginya dan terhenti sejenak di bibirnya. Frankenstein menyapu lembut punggung Zhielle, meraih rambutnya lalu merangkul lehernya.

Jemari Zhielle menuruni otot leher Frankenstein, berjalan ke pundaknya kemudian mengarungi lengannya.

"Apakah ini mimpi?" kata zhielle sekali lagi

"Ini adalah kenyataan, 820 tahun yang lama..."

"Aku merindukanmu... Seperti sungai merindukan lautan

Aku merindukanmu seperti angin menunggu hujan untuk menjadi badai..." Frankenstein memeluk Zhielle, mencium rambut dan bahunya yang menenangkannya, kedua mata mereka menutup, kemudian saling merasakan keberadaan masing-masing. Saling memeluk penuh arti, penuh penghayatan. Rasa cinta dan rindu yang sampai pada titik untuk saling menemukan.

"Aku merindukanmu... Seperti bulan merindukan bumi untuk menjadi semesta

Aku merindukanmu seperti tubuhku merindukan jiwaku untuk mejadi hidup..." Frankenstein mencium lembut leher Zhielle

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Where stories live. Discover now