Usaha Bagian 2

617 49 41
                                    

      Sepanjang malam Frankenstein tak hentinya berpikir di dalam kamar tidurnya seorang diri. Sesekali dia menatap ke arah tempat tidur Zhielle yang kosong, lalu menyapunya dengan sorot mata yang dipenuhi rasa sedih.

Ia menutup mukanya dengan selimut selama beberapa lama dan coba memejamkan mata, namun dibalik selimut tebal yang membekapnya, pikiran-pikiran buruk makin tajam menghantui kepala pria itu. Frankenstein bangkit dari tidurnya lalu menelpon seseorang dengan raut muka serius.

"Hallo, bisakah kita bertemu sebentar, aku ada sebuah keperluan mendesak" katanya membuka percakapan tersebut.

"Apakah tidak bisa ditunda sampai besok, ini sudah menjelang tengah malam?" kata suara wanita membalas dari seberang telpon

"Sayangnya tidak, ini menyangkut hidup seseorang" terang Frankenstein berjalan meninggalkan kamarnya, lalu mengambil sebuah tas kertas di atas meja ruangan tamu.

"Kalau begitu, kita bertemu di tempat sebelumnya"

"Aku mengerti. Aku akan tiba dalam setengah jam"

Setelah berbincang sebentar, Frankenstein mengambil sebuah kunci mobil dari dalam laci meja, lalu terpaku menatap jam yang menunjukkan pukul 11.30 malam. Sesaat, ia membuang nafas ragu-ragu kemudian mencengkram tangannya kuat-kuat. Tanpa ia ketahui, diam-diam Zhielle mengamatinya dari sudut kamar.

Malam itu Zhielle mengikuti mobil hitam yang dikendarai Frankenstein dengan menggunakan taksi. Jalanan menjelang tengah malam cukup lengang dengan langit malam yang lebih gelap dari biasanya dan angin bertiup lebih dingin dari malam sebelumnya. Deret lampu penerang jalan, membuat taksi yang ditumpanginya tak sulit untuk mengikuti mobil Frankenstein yang membelah jalan.

Mobil tersebut kemudian berhenti di depan sebuah kafe, tempat sebelumnya Zhielle melihat Frankenstein dengan seorang wanita. Perasaannya menjadi tak enak, tubuhnya sedikit terhuyung ketika menuruni taksi dan mengamati Frankenstein dari seberang jalan yang gelap. Di dalam kafe, dari balik pintu kaca Frankenstein duduk dengan tenang, sedang menunggu seseorang dengan suasana tak begitu ramai. Di atas meja, sebuah paperbag ia letakkan manis, kemudian memesan dua gelas kopi pada seorang pelayan.

Dari jauh Zhielle terus mengamati dengan resah, ia mengeratkan genggaman tangan di dadanya. Ada banyak pikiran berkecamuk di dalam hatinya ketika mengamati Frankenstein kala itu.

Tak lama, perhatian Zhiell beralih kemudian ketika sebuah mobil berwarna merah berhenti di depan parkir kafe. Seorang wanita berambut hitam panjang turun dari mobil. Ia beranjak masuk dalam kafe, disambut senyum ramah oleh Frankenstein. Mereka berdua mengobrol akrab sambil meminum kopi bawaan seorang pelayan wanita.

Pemandangan itu sama miripnya dengan pemandangan yang Zhielle lihat beberapa hari lalu. Namun sedikit berbeda ketika Frankenstein kemudian memberikan sesuatu pada perempuan itu yang kemudian membuatnya tersenyum, sedangkan Frankenstein hanya memasang wajah heran.

Setelah menyaksikan pemandangan demikian, mata Zhielle berkaca-kaca, seluruh tubuhnya lemas. Dia memutuskan untuk pulang dengan langkah menyeret menyusuri jalan trotoar sepi. Tatapan matanya kosong, bulir air mata berjatuhan dari kelopak matanya tanpa henti.

Angin bertiup makin kencang menggetarkan ranting-ranting pohon, dan tanaman yang tumbuh di sekitar jalanan lengang. Zhielle mendadak terhenti dibawah lampu penerang jalan. Tangis yang ia tahankan pecah tanpa bisa tertahan, kekuatan tubuhnya tiba saja menghilang, hingga ia duduk di atas batu trotoar dengan suara tangis yang membludak, membuat satu, dua orang yang lewat di jalan melirik ke arahnya. Meski begitu, Zhielle nampak tak memedulikan semua itu dan tetap menangis sekencang yang ia mampu untuk membuat hatinya merasa lebih lega.

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Where stories live. Discover now