Rindu (Frankenstein POV)

911 57 0
                                    

Pagi ini aku terbangun, cuaca masih terasa dingin saat matahari terangkat naik ke puncak langit. Aku tak menyangka pagi datang lagi. Aku tidak tahu sudah berapa pagi yang aku lalui karena semua pagi terasa sama, ada matahari ada cahaya. Hanya sebatas itu yang aku pahami. Tapi ada satu yang masih tak kumengerti, kenapa kegelapan dalam benakku tak pernah surut.

365 hari sebelumnya ada musim dingin. Musim dingin yang kau sukai. Kepingan salju berjatuhan kemudian meleleh dalam genggamanku seperti banyak kenangan pada musim yang sama. Ada lebih banyak keramaian dalam rumah, meski begitu aku masih merasa kosong dalam bayanganku sendiri.

Ada hari di mana aku bisa melalui sebagian waktunya tanpa memikirkanmu, namun ada hari di mana aku merasa tercampakkan oleh rindu yang besar. Keinginanku hanya sederhana, melihatmu! Sesederhana itu harapanku, tapi sesulit itu untuk melakukannya. Aku tidak bisa melihatmu, bukan beberapa jam, beberapa hari tapi berhari-hari. Kau tahu tidak pernah mudah mengendalikan rasa ingin, semua nampak tak pernah benar untukku. Saat aku benar-benar merasa tidak sanggup tanpa melihatmu, aku meraih selembar pakaianmu. Di sana ada aromamu masih tertinggal, aku menghirupnya lekat-lekat seperti anjing kesepian. Aku merasa seperti orang gila dan manusia yang begitu lemah sekarang, tapi aku lelah untuk tampak baik-baik saja tanpamu.

Aku tidak bisa tidur dengan lelap lagi pada tiap malam. Mimpi burukku memberondongku, saat kau ada di sini, aku tahu pelukanmu membuatku merasa lebih baik. Tapi kau tak ada setiap malam kau tidak pernah ada.

Hari-hari berikutnya aku ingin bercerita, banyak bercerita, namun saat aku sadar saat kembali pulang kau tidak akan duduk di sebuah kursi panjang untuk mendengarkan dan mengoceh. Kebiasaan itu menghilang, meski aku mencoba membiasakan diri, aku tetap merindukan saat itu beberapa kali.

Kau akan selalu baik-baik saja tanpa diriku, karena kau adalah seseorang yang selalu lebih senang untuk meninggalkanku. Kau tidak akan pernah menengok pada penderitaan diam-diamku. Mungkin ini bagian dari keangkuhanku, kadang aku menangis sendiri dalam senyap dan begitulah caraku hidup untuk membela egoku.

Aku tak pernah berdoa karena tak pernah mau berharap. Tapi kau tidak akan pernah tahu, seberapa banyak aku selalu memandang ke langit dan medoakan dirimu kembali.

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Where stories live. Discover now