Part 1

503 46 4
                                    

      Zhielle sedang duduk melamun di dalam kantornya. Ia tak menyadari kedatangan Frankenstein sampai laki-laki dalam setelan jas hitam itu menepuk pundaknya. Ia terhentak, menatap bingung pada Frankenstein yang nampak heran.

"Apa yang sedang kau pikirkan, belakangan ini kau sering melamun?" pria itu menarik kursi, lalu meletakan sejumlah berkas ke atas meja.

"Bukan sesuatu yang penting" timpal Zhielle sambil mengambil sejumlah tumpukan map tersebut dan memeriksanya dengan teliti.

"Apa ini, apakah ini adalah nama anak-anak yang akan ikut dalam les tambahan bahasa Inggris di kelasku?"

"Iya, jumlahnya lebih banyak dari tahun kemarin, orangtua mereka mengeluh mengenai penurunan nilai mereka"

"Aku bisa kehilangan waktu liburku kalau begini" melihat wajah Zhielle dengan raut muka yang tanpa tenaga, Frankenstein bermaksud sedikit menghiburnya.

"Kau akan memiliki lebih banyak waktu luang setelah menyelesaikan sisa les tambahan selama dua bulan ini"

"Bukankah aku sudah menjabat sebagai wakil kepala sekolah, kenapa masih harus mengajar?"

"Apa kau pikir karena kau sudah menjadi wakilku jadi kau bisa dibebas tugaskan begitu saja? Guru bahasa inggris yang biasanya baru saja cuti karena dia habis operasi, mau bagaimana lagi, karena kau satu-satunya sumber daya yang tersedia, jadi aku mempergunakanmu dengan baik"

"Sepertinya tidak ada pilihan lain bagiku" Zhiell menarik nafas pasrah sambil sesekali membalik berkas tersebut tanpa minat.

"Tidak apa-apa setelah ini, aku mengadahkan makan malam yang bagus untuk jasamu" Frankenstein menepuk pundak zhielle dengan santai sambil tersenyum ke arahnya. Sebaliknya, ia hanya menimpali dengan dingin ajakan tersebut.

"Aku tidak memiliki keinginan yang besar untuk menikmati makan malam di suatu temapat, perasaanku sedikit buruk belakangan ini. aku rasa bekerja di akhir minggu selama dua bulan akan menyenangkan" kening Frankenstein mengekerut. Ajakannya ditolak begitu saja, bahkan saat ia baru merencanakan hal tersebut.

"Tadi kau mengeluh dan sekarang kau bilang pekerjaan ini menyenangkan. Apa maumu itu?"

"Bagaimana kalau nanti aku yang membuat makan malam, lagipula ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu!"

"Kenapa tidak kau beritahu saja sekarang!" wajah penasaran muncul segera dari pria bermata biru di depannya.

"Aku tidak berani mengatakannya sekarang" tampak Zhielle sedikit enggan. Membuat Frankenstein mulai menebak.

"Apa kau sudah melakukan sebuah kesalahan?" sesaat gadis itu terdiam sebelum mengiyakan dengan raut wajah ragu-ragu.

"Apa kesalahan itu besar?"

"Aku tidak mau mengatakan apa pun sekarang!"

"Apa kau berselingkuh, kau jatuh cinta lagi dengan pemuda lebih kaya, atau kau menghabiskan semua uang dalam tabunganmu dan kau menjual rumah kita diam-diam, begitu?"

"Tidak, kalau saja itu hanya sebuah hutang aku rasa akan lebih mudah menebusnya dengan uang. Tapi bukan uang yang menjadi masalah dalam hal ini"

Frankenstein menyenderkan tubuhnya ke belakang kursi dengan wajah kesal yang disembunyikan "Lalu apa? Kenapa kau tidak mengatakan hal itu langsung saja padaku. Apa kau mau mengajakku bermain tebak-tebakkan?"

"Ini tentang kejadian yang terjadi bertahun-tahun yang lalu, mengenai hal yang kau bicarakan, tentang sebuah keluarga..." belum selesai Zhielle menyambungi ucapannya, pintu ruangannya dibuka dengan kasar. Seorang perempuan berumur 50 tahun dengan mantel bulu berwana abu-abu merangsek masuk begitu saja. Ia berjalan buru-buru dengan raut muka penuh emosi.

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Where stories live. Discover now