The Truth is

782 56 27
                                    

Frankenstein masih terlelap ketika Zhielle bangun lebih dulu. Ia mengerjapkan matanya lalu memandangi raut muka pria itu dengan kekaguman.

"Dia tampan sekali, apa dia pernah terlihat jelek?" dengan nafas mendesah, zhielle menarik selimut dan bergegas menuju ke kamar mandi, lalu berkaca di depan westafel sambil menepuki pipinya, merapikan rambutnya yang berantakan dan mengambil sikat gigi yang berada di sampingnya.

Kembali dia membayangkan beberapa waktu lalu ketika berniat membeli sikat gigi couple yang ditawarkannya pada Frankenstein.

"Frankenstein bagaimana kalau kita beli sikat gigi couple" sepasang iris biru matanya beralih pada Zhielle

"Aku paling benci barang couple, hal itu membuat mataku sakit" Zhielle hanya tertawa dan mengembalikan sikat gigi itu ke dalam rak. Bayangannya kembali ke masa kini sambil menyikat gigi.

"Aku tidak suka barang couple, aku tidak punya waktu, cepatlah! Apa hanya itu kosa kata dalam pikirannya? Dia itu tidak romantis, suka mengatakan hal-hal jahat. Hatiku jadi sakit memikirkannya"

Setelah menyikat giginya, ia melepaskan pakaian untuk mandi karena tidak ingin terlambat seperti sebelumnya. Dengan hati-hati dia ia berjalan memasukii kamar mandi yang dibalut penutup dari kaca transparan tertutup uap. Di dekatnya ada bak mandi putih dengan kursi merah yang terdapat deret handuk menggantung rapi.

Tangannya ia letakkan ke arah perikan air yang hangat, jatuh turun ke permukaan kulit wajah dan lehernya. Meninggalakan sensasi hangat menyamankan.

"Ahh, nyamannya. Air hangat memang selalu menenengkan pikiran"

Tubuh Zhielle bergidik, seseorang meraba rambutnya yang ia gelung rapi. Sedikit panik, dia berbalik.

"Kukira kau masih tertidur?" katanya dengan canggung pada pria bermata biru di depannya.

"Aku harus bersiap untuk menyiapkan sarapan dan keperluan untuk tuan"

"Begitu, benar. Kalau begitu kau bisa mandi lebih dulu" Frankenstein menahan lengannya, mendekatkan tubuhnya yang lalu basah terkena air.

Rintik air membasuh wajah mereka berdua. Zhielle terpaku, sorot mata biru Frankenstein dengan tubuh yang basah membuatnya tak berdaya.

"Kau tidak perlu ke mana-mana, mandi bersama bisa mempersingkat waktu" Zhielle tertawa canggung

"D-dua orang dalam satu kamar mandi tidak akan membuat mereka bergegas" lengan Frankenstein mengurung tubuh Zhielle. Wajahnya menunduk, untuk mensejajarkan dengan tinggi tubuh gadis yang lebih mungil darinya.

Tetes air dari ujung rambut keemasannya yang mulai basah jatuh di atas wajah Zhielle.

"Kau tertarik membuat menu sarapan? Situasi ini lebih cocok disebut dengan... makanan berkuah yang hangat"

"Ha-haha... Tidak, aku tidak begitu ingin memakan makanan berkuah, terakhir kali aku sarapan, aku mendapat surat peringatan"

"Kau masih membahas masalah itu?" Frankenstein membelai lembut wajah Zhielle

"Aku hanya tidak mau hal seperti itu terjadi"

"Tidak masalah, aku bisa bersikap lebih longgar"

"Omo... It" Frankenstein mencengkram tengkuk leher Zhielle, mencium bibirnya di antara tetes air yang mencoba masuk dan menerobos ke dalam bibir mereka. ciuman serampangan demikian membutnya nyaris tak bisa bernafas.

Frankenstein meyelipkan rambut Zhielle yang basah di belakang telinganya

"Aku memiliki masalah dengan penolakan dan rasa tidak patuh" ia mengecup telinga Zhielle, menyapunya dengan bibirnya yang hangat, lalu menyantap cuping telinganya bersama lidah hangatnya yang menjadikan wajah Zhielle merah, nafasnya tak beraturan dan tubuhnya mulai bergidik dengan resah.

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Där berättelser lever. Upptäck nu