Chapter Plus

730 45 11
                                    

bukan bagian dari part mana pun


Malam masih sangat panjang, setidaknya untuk kami yang tidak bisa tertidur. Aku tahu Frankenstein belum tidur, aku mengeratkan pelukan dan mendengarkan jantungnya berdegup di telingaku, seperti bunyi gendang sayup-sayup. Dia tampan, selalu tampan seperti biasa. Wangi tubuhnya juga manis, dan kuat bercampur wangi cendana yang lembut, baunya seperti makanan kesukaanku yang akan dengan senang hati aku makan tiap hari. Kuletakkan telunjukku di antara kancing kemejanya yang terbuka, ototnya yang kuat, begitu menggoda dan melindung. Kusenderkan dahiku di sana sambil mendengarkan dia bernafas, dagunya menekan lembut puncak kepalaku, jarinya berada di punggungku, dia menyelimutiku seperti selimut hidup yang paling lembut di muka bumi.

"Kenapa kau tidak tidur Frankenstein?" jemarinya menyelipkan rambutku dibelakang telinga

"Entahlah, setelah bekerja beberapa hari dan jarang tidur, aku merasa terbiasa dengan tidur yang kurang"

"Aku tidak bisa kurang tidur, karena suka tidur" aku mendengar suara nafasnya berirama, seperti sedang membentuk pola kecil senyumnya. Aku bisa membayangkan lengkungan senyumnya tanpa melihatnya dan dia akan selalu tampan dengan gigi putihnya yang rapi

"Yah, kau suka tidur"

"Apa kau mau mendongeng untukku?"

"Kenapa kau tidak menghitung anak domba saja agar bisa tidur"

"Tidak mau, aku tidak suka domba. Saat aku mengingat domba, aku akan ingat Mei dan Gabu"

"Lalu, siapa yang jadi Mei dan Gabu, antara kau dan aku?"

"Entahlah" kataku menggeleng

"Dulu, seseorang memberikan bibit apel untuk di rawat oleh Liliot, dia merawatnya dalam sebuah pot kecil selama ratusan tahun sampai apel itu kemudian berbuah. Sebuah apel yang sangat bulat, merah dan berkilau. Bahkan saat matahari terbit, sinarnya memantul di kulit apel itu dengan warna merah muda yang cantik"

"Apa apel itu hanya berbuah satu saja?"

"Iya, hanya satu, sedangkan Liliot ingin sekali memakannya, tapi jika dia memakannya maka pohon itu tidak akan punya buah lagi. Liliot berpikir selama bertahun-tahun dan menunggu sambil terus merawat pohon apelnya yang makin tinggi. Dia berpikir kalau apel itu akan kembali berbuah, tapi tidak lagi"

"Apa dia memakannya?"

"Suatu hari, Liliot melihat banyak kera sedang mengawasi pohon apelnya. Dia tahu kalau kera-kera itu sedang mengincar buah apelnya yang sangat manis. Untuk sementara itu dia berpikir, kalau dia adalah satu-satunya yang paling berhak untuk memakan buah apelnya di bandingkan dengan para kera itu, karena dia sudah merawatnya, menyiramnya, melindunginya dari musim dingin, musim kemarau, dari ulat, burung pemakan buah, atau rumput liar. Tapi Liliot lupa, kalau dia tidak bisa melindungi apel itu dari dirinya sendiri. Suatu malam Liliot berjaga di dekat pohon apelnya, karena cemas jika dia pergi tidur, maka kera-kera itu mungkin akan mencuri apel merahnya, dan dia tidak mau ada yang memakan apel kesayangannya yang sudah dipeliharanya sejak lama sekali. Kebiasaan Liliot itu terus berlangsung selama berhari-hari hingga Liliot merasa lelah dan putus asa, kenapa dia harus melakukan itu untuk sepohon apel yang hanya memiliki satu biji buah dan tidak menghasilkan hal lainnya sedangkan dia sudah merawat dan menjaganya siang malam"

"Dia memakannya?"

"Yah, dia memakannya dengan lahap pada suatu siang yang panas, sampil mempertontonkannya pada gerombolan kera dengan perasaan puas. Tapi setelah itu, berhari-hari setelahnya pohon apel itu kemudian layu, kering dan kemudian mati. Liliot tidak tahu kalau memakan apel itu berarti akan membuatnya mati dan kehilangan si pohon apel. Liliot berusaha agar pohon apelnya tidak mati dan mengambil banyak air untuk menyiramnya, tapi sia-sia, si pohon apel tetap mati dan hanya tersisa batangnya yang kering. Liliot duduk di dekat pot pohon apel sambil terus menunggu kalau batang pohon apel itu akan kembali hijau, dia terus menunggu selama bertahuntahun, melewatkan musim panas, musim semi, musim gugur, musim hujan dan dinginnya di sana sambil terus menyesali perbuatannya, tapi pohon apel itu sudah mati. Dengan putus asa, ia menangis sepanjang waktu dan air matanya menggenang di bawah kakinya, ternyata di sana ada biji pohon apel yang pernah ia makan, lalu tumbuh menjadi tunas hijau. Saat itu Liliot tersenyum senang dan kemudian memutuskan mengubah dirinya menjadi sebongkah batu untuk menemani pohon apel dan menunggunya berbuah selama ratusan lagi"

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Where stories live. Discover now