Cinta atau Kesetiaan?

583 48 6
                                    

      Frankenstein datang berkunjung ke Lukedonia setelah beberapa hari ia telah meninggalkan tempat tersebut. Masih terlalu pagi ketika ia datang tanpa seorang pun yang melihat. Saat itu ia memasuki kamar Zhielle dan melihatnya masih terbaring lelap dengan selimut tebal berwarna putih yang mebalut tubuhnya. Frankenstein hanya berdiri kaku sebentar, menatapnya kemudian hendak pergi.

Tubuh Zhielle terjaga, matanya membuka memandangi raut muka dingin Frankenstein. Ia segera bangkit sambil menyenderkan tubuhnya di kepala tempat tidur dengan wajah lelah bercampur kantuk.

"Kapan kau datang?"

"Baru saja. Apa aku membangunkanmu?" sahut pria berbadan tegap itu menanggapi.

"Tidak, tidak! Aku baru saja tertidur, mungkin baru beberapa menit yang lalu. Jam berapa sekarang?"

"Masih jam enam pagi. Kenapa kau bisa tidur begitu terlambat?" Zhielle tersenyum sebaris dengan muka lelah.

"Punggungku sedikit sakit, jadi aku tidak bisa tertidur semalaman. Kalau sekarang jam enam pagi, bukankah di Soul seharusnya sudah larut malam? Kenapa kau tidak berisitirahat saja?" Zhielle mengangkat wajahnya, menatap Frankenstein yang terpaku sebentar.

Dengan langkah panjang Frankenstein berjalan ke arah jendela, lalu membuka tirai putih yang menggantung lebar menutupinya "Apa tidak ada yang kau keluhkan selama beberapa hari ini?"

"Tidak, semua baik-baik saja. Aku hanya merasa sedikit lelah jadi tidak bisa pergi kemanapun. Aku menghabiskan waktu di rumah, dan karena tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan aku mulai belajar memasak. Aku kira sekarang aku memiliki sedikit kemampuan yang tidak akan memalukan lagi"

"Benarkah?"

"Apa kau mau mencobanya?" Frankenstein berbalik punggung, melihat wajah antusias dari Zhielle yang tersenyum mengembangdengan penuh harapan ke arahnya.

Setelah berganti pakaian, Zhielle mempersiapkan makanan. Ia membiarkan Frankenstein duduk di meja makan sambil melihatnya memanggang roti gandum dan menyiapkan teh hangat. Mereka berdua tak bicara sama sekali, tapi sepanjang memasak sarapan pagi, senyum tak pernah lepas dari raut muka gadis itu.

"Sudah jadi, aku membuatnya dengan cepat!" kata Zhielle menenteng dua buah piring yang berisi roti gandum dengan asap tipis yang melayang di udara. Menyisakan aroma harum, dari campuran madu dan kayu manis lembut yang manis.

Frankenstein berdiri dari duduknya dan mengambil teh dalam teko untuk dihidangkan. Mereka berdua duduk saling berhadapan tanpa banyak saling bicara satu sama lain, dan lebih sibuk pada makanan yang tersaji di meja.

"Benarkan rasanya enak?" tegur Zhielle dengan ceria ketika dua buah gigitan telah habis dalam mulut Frankenstein. Pria yang sejak tadi terdiam memandangnya lalu mengangguk datar. Tak lama ia meletakkan roti itu kembali ke piring, dengan sikap serius.

"Ada sesuatu yang ingin aku katakan!"

"Katakan saja!" balas Zhielle sambil terus melahap roti bakar kecokelatan di depannya tanpa beban.

"Apa kau yakin tidak ada masalah lain yang kau rasakan?"

"Kau menanyakan hal yang sama, ada apa?"

"Obat yang aku berikan padamu, hanya akan menghilangkan rasa sakit akibat dari bayi yang kau kandung. Semakin lama, semakin anak itu berkembang, besar kemungkinan obat itu tidak akan berguna lagi. Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, kalau keadaan yang berbeda membuat anak itu mungkin berpikir kalau induknya adalah musuh dan..." belum sempat Frankenstein menyelesaikan penjelasannya, Zhielle memotongnya. Ia menanggapi dengan ringan, seolah itu bukan masalah.

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Where stories live. Discover now