Kepergian

630 43 9
                                    

       Setelah hari itu Zhielle tak pernah bangun lagi. Frankenstein membawa tubuhnya untuk dirawat dalam laboratorium dengan harapan jika suatu saat ketika anak tersebut lahir, maka Zhielle juga akan membuka mata. Selama itu yang bisa ia lakukan hanya bertahan dengan keyakinan, sambil terus berusaha mencari cara agar napas Zhiell terus berembus dari malam sebelum dan pagi sesudahnya. Namun hal yang ia yakini pada akhirnya tak pernah terjadi.

Pada musim semi tahun berikutnya ketika kaktus hijau yang ia letakkan di depan jendela telah berbunga beberapa kali, suara tangis bayi untuk pertama kalinya menggema di dalam rumah kediaman mereka. Semua orang terhenyak ketika tangis itu menggema berulang, begitupun Frankenstein yang untuk pertama kalinya melihat bayi dengan kulit kemerahan itu bertemu mata dengan dirinya.

Bayi dalam pelukannya tersebut memiliki mata yang sama dengan warna matanya. Pria itu diam saja menatap bayi itu kaku tanpa mengatakan apa pun, ia berpaling ke arah Zhielle yang matanya masih memejam, dan melahirkan bayi itu tanpa ia ketahui dalam sebuah operasi.

Frankenstein mendekatinya setelah membersihkan anak itu dan membalutkan pakaian hangat padanya. Ia meletakkan bayi menangis itu di sisinya, berharap suara tangisnya bisa membangunkan Zhielle dari tidur. Ia menarik kursi, duduk di samping tempat tidur dengan raut muka dingin. Jemarinya yang panjang menyapu muka Zhielle dan helaian rambutnya.

Suaranya bergetar, menahan getir "Lihat, anak kita sudah lahir. Bangunlah dan berikan nama untuknya. Mana bisa kau pergi begitu saja dan meninggalkan dia seorang diri! Aku sudah menunggu di sini, hanya untuk bisa melihatmu membuka mata, tapi kenapa sekarang pun aku masih kau biarkan menunggu?" ucapnya memandangi gadis itu tanpa mengedip "Bangunlah! Bangunlah!" jemarinya mulai bergetar ketakutan. Ia mendekati wajah Zhielle, meneggelamkan wajah di dahi gadis itu dengan sedu air mata yang telah pecah "Bangunlah! Bangun...."

Pintu laboratorium terbuka, karena suara tangis bayi tadi seolah tanpa henti. Di sana Raizel melirik Frankenstein yang tampak putus asa. Ia berjalan ke sisinya tanpa lelaki itu sadari, lalu menatap bayi yang sedang menangis resah tersebut dengan lembut. Jemari Raizel menyentuh kulit wajahnya, bayi itu terdiam, mengamati Raizel dari mata birunya yang lembut namun dalam.

Raizel menyentuh pundak Frankenstein. Wajah pria itu mendongak, menatap Raizel dengan kesedihan dan rasa putus asa.

"Dia..." ucapnya seolah sedang mengadu padanya. Pria berambut gelap itu menatap Zhielle yang tak lagi tersenyum. Hari itu untuk pertama kali ia bisa melihat gadis itu lagi setelah menuruti kemauannya, untuk tak pernah datang melihat ia ketika sedang sakit sekalipun. Raizel menyentuh kulit muka Zhielle, dengan tetes air mata menggantung di ekor matanya.

"Dia sudah pergi Frankenstein!" ucap Raizel dengan nada lebih tenang. Frankenstein tidak mengatakan apa pun, ia berdiri dari tempat di mana ia meletakkan tubuh lalu pergi meninggalkan semua orang di rumah itu, tanpa memberitahu akan ke mana.

Gechutel, dan Lascrea datang dari Lukedonia setelah kabar anak yang memiliki darah vampir dan manusia itu telah lahir. Ketika pintu dibuka dengan sambutan hangat namun muram dari Karius, mereka telah mengerti sesuatu terjadi. M21, Takio, Tao, Seira, Rael, bahkan Regis termenung sedih. Meski mereka tak begitu mengenal Zhielle dengan baik, mereka tetap menderita kehilangan yang sama dengan perasaan Frankenstein yang selama ini, telah berjuang begitu keras untuk menemukan jalan agar Zhielle bisa bertahan. Namun usahanya sia-sia, semua telah berakhir hari itu dan tak ada yang pernah tahu, begaimana lelaki itu bisa menghadapi rasa kehilangan yang sedang merambah hatinya.

Gechutel memasuki laboratorium Frankenstein. Ia melihat Zhielle terbaring dengan selimut putih yang menutup hingga ke lehernya, sedangkan bayi kecil itu nampak tenang di seberang tempat tidur. Raizel diam saja, meski menyadari kehadiran orangtua itu.

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Where stories live. Discover now