Namsan

573 44 10
                                    

      Frankenstein sedang memasang foto pernikahan ke sudut dinding kamar rumah mereka di Seoul. Zhielle memandanginya dari sisi tempat tidur dengan senyum merekah penuh rona bahagia.

Lelaki itu kemudian berbalik, menghampirinya sambil terpaku menatap gambar yang sama.

"Akhirnya kita memiliki sebuah foto keluarga" Frankenstein meliriknya, lalu memegang tangan gadis tersebut ke atas pangkuan kakinya.

"Ya, kita memiliki sebuah foto dengan tuan juga!"

Sesuatu terlintas dalam benak Frankenstein. Ia merogoh suatu benda dari saku celana kain cokelat yang ia kenakan. Sebuah kalung berbentuk hati yang tempo hari pernah diambilnya, kini berada di tangannya. Ia ingin mengembalikan kalung itu lagi pada Zhielle.

Sedikit heran, gadis itu menatap kalung yang berkilau di tangan pria di sebelahnya "Ini?" Frankenstein mengenakan kalung itu kembali ke leher Zhielle.

"Aku mengembalikan pada pemiliknya!"

"Aku kira kalung ini tidak akan pernah kembali!" ucapnya sebatas melirik.

Sambil meletakkan kepala Zhielle di dadanya, ia menyapu rambut cokelat miliknya yang terurai panjang hingga ke punggung.

"Apa ada satu tempat lagi yang harus kita datangi?" pertanyaan Frankenstein hanya dibalas sebatas gumam, tanpa sadar gadis bermata merah darah itu jatuh dalam tidur.

Semua orang sedang berkumpul dalam satu meja makan untuk sarapan. Keriuhan seperti biasa memenuhi pagi bagi para penghuni rumah yang ada di sana. Frankenstein sendiri sedang sibuk melayani makanan dan teh bagi Raizel, sebelum kemudian ia duduk di sebelah Zhielle yang tengah menikmati sarapan sepiring omlet dan roti bakar.

Baru saja satu suapan sampai ke dalam mulutnya, tanpa disadari gadis tersebut, wajahnya hampir jatuh ke atas piring di depan meja, karena tertidur tiba-tiba. Sikap sigap Frankenstein menahan bahu Zhielle menghindarkan hal buruk terjadi. Para penghuni rumah terdiam, heran tak mengerti. Meski tahu sesuatu terjadi, Raizel tetap bersikap tenang dan menyerahkan semua hal itu pada Frankenstein.

Frankenstein membawa tubuh Zhielle kembali ke dalam kamar. Hari itu ia meminta izin pada Raizel untuk tak ikut ke sekolah, dan menunjuk Seira, Rael dan Regis melayaninya sementara. Sedangkan dia sendiri lebih memilih tinggal untuk menjaga Zhielle yang semakin hari mulai makin pucat, dan lebih cepat didera kelelahan.

Diseberang tempat tidur Frankenstein berjaga, sambil membaca sebuah buku. Ia biarkan tirai jendela terbuka, membawa sinar matahari dari musim gugur menyentuh lantai, lalu merambat ke sisi dinding.

Kelopak mata Zhielle perlahan membuka. ia mengamati sekitar, dan mendapati Frankenstein sedang khusyuk membaca sambil mengenakan kacamata di sebelahnya. Ia terdiam, mengamati pria berwajah tampan yang bermandi pesona dan kilau dari matahari yang samar menyinari wajahnya. Ia menegakkan badan, memegang tangan Frankenstein yang tersenyum simpul menyambutnya.

" Apa yang kau baca?" pria itu mengatupkan bukunya, lalu membalas dengan pelukan pada Zhielle.

"Sesuatu tentang kehidupan"

"Kehidupan? Kukira kau tidak begitu tertarik dengan sesuatu seperti itu"

"Entahlah, hanya ingin tahu" jemari Zhielle menepuk lengan Frankenstein dengan lembut.

"Hidup terlalu singkat, apa kau setuju?"

"Bagi seseorang yang menginginkan terlalu banyak, ribuan tahun juga tidak pernah cukup. Manusia kehilangan segalanya sebelum sempat mengingat apa yang pernah mereka miliki. Bukankah hidup itu terlalu ironis bagi sebagian manusia?"

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Where stories live. Discover now