Part B

467 43 8
                                    

      Hari itu Gechutel datang dengan wajah suram. Seira dan Regis sempat menyapa ketika mereka bertemu di lorong sekolah. Pria tua berkacamata tersebut mengangkat tangannya ke udara seolah tanpa tenaga. Seira dan Regis saling melirik, melihat tingkah berbeda dari Gechutel yang melangkah masuk ke dalam ruangan Frankenstein.

Pria berambut panjang keemasan itu sedang duduk di depan layar komputer dengan serius. Ia mengangkat mukanya ketika menyadari keberadaan Gechutel, yang menatap dirinya dengan hati-hati, sambil terpaku di depan pintu yang telah menutup rapat.

"Aku tidak tahu jika kau akan datang!" sapanya sambil membuka kacamata. Gechutel mengalihkan tatapan matanya. Ia berjalan menghampiri meja Frankenstein.

"Ada yang harus aku sampaikan padamu!"

"Apa terjadi sesuatu pada Lukedonia?" Gechutel menggeleng.

"Ini tentang Zhielle" katanya menahan napas. Raut muka Frankenstein yang tadinya tenang tampak menegang, sorot matanya menatap tanpa arah "beberapa hari yang lalu dia ditemukan hampir sekarat. Kami membawanya menuju ke tempat perawatan. Dia belum sempat menerima pengobatan apa pun saat itu, tapi melarikan diri. Aku kira dia datang kemari, jadi aku bertanya padamu apakah dia datang kemari menemuimu?"

"Tidak" kata Frankenstein dengan mulut berdecak "Seberapa buruk keadaannya saat ditemukan?"

"Sekujur tubuhnya memerah. Dia tidak bisa bergerak sama sekali saat kami temukan"

"Aku mengerti" balasnya dengan nada datar. Gechutel berjalan pergi, baru beberapa langkah di depan pintu ia berhenti "Apa kau tahu sesuatu? Kau tahu aku mungkin tidak begitu suka padamu, tapi aku tahu kau satu-satunya orang yang bisa menjaganya. Tapi hari ini kau terlihat seperti seseorang yang berbeda?"

"Ada hal yang tidak bisa dijelaskan pada semua orang"

"Aku tidak ingin mendengar penjelasan apa pun darimu" terang Gechutel berbalik dengan sikap sigap "kau sudah berjanji untuk menjaganya, apa janjimu hari ini sudah tidak bisa kau tepati lagi?" Frankenstein tak bisa bicara apa pun lagi.

Gechutel yang melihatnya bungkam, lantas mengerti dan meninggalkan Frankenstein sendirian. Berpikir mengenai apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Matahari senja berpijar samar-samar. Memantul di bawah lantai batu kuning pucat. Langkah Frankenstein melintas masuk dalam kamarnya di Lukedonia. Tempat di mana Zhielle ia tinggalkan. Sekelibat ingatannya kembali membayangkan pertemuan terkahir dengan gadis itu, dan hal tersebut membuatnya tak henti membuang napas.

Tatapannya kemudian tertuju ke arah kursi yang masih tergeletak berantakan di lantai. obat yang ia tinggalkan masih berada di meja dan ponsel yang ia berikan berada di tempat tidur. Ia beranjak ke sana dan meraih ponsel itu dalam genggamannya.

Mata biru Frankenstein mencoba membayangkan apa yang sudah terjdi pada Zhielle. Pada sudut tembok di mana ia berdiri, ia melihat Zhielle terjatuh, menangis seorang diri sambil terpaku menatap ke arah awan biru, yang terlihat jelas di depan jendela tanpa bisa berbuat banyak. Hanya mampu terbaring melihat awan dan matahari silih berganti mengikuti waktu.

Dengan langkah sigap Frankenstein berlari keluar. Menyusuri arah hutan dan menengok semua bangunan yang ia ketahui dengan sikap cemas. Sesekali ia berteriak memanggil nama Zhielle di antara rimbun pohon, dan selimir angin yang bertiup pelan.

Di tengah deret pohon pinus hijau, ia terhenti. Sepasang mata birunya menatap ke arah langit. Membayangkan wajah Zhielle yang tersenyum ke arahnya dengan hangat. Frankenstein diam membatu di tengah hamparan tanah cokelat gelap.

Fanfic Frankenstein Love Story season 3 (Selesai)Where stories live. Discover now